Minggu, 04 Mei 2014

SALAH SATU CATATAN PEMENTASAN PERAYAAN HARI TARI SEDUNIA

MANUSIA SAMPAH URBAN MELALUI TUBUH EMPIRIS
Tidak ada yang bisa dilakukan, hidup sendiri, sepi dan jauh dari kebahagiaan, dengan memperjuangkan satu hal yang berharga yang masih tersisa yaitu kehidupan. Segelumit persoalan inilah yang dirasakan oleh manusia sampah, manusia yang tersingkir akibat peradaban manusia lainnya yang berpacu mengejar  kemewahan dan pangkat yang tinggi. Bentuk kepedihan dari manusia sampah ini diaplikasikan ke atas panggung oleh Riko Melta Pratama melalui  tubuh yang komunikatif, Riko yang kerap dipanggil Pekot ini menyusung tema ‘Manusia Sampah’ dengan menvisualisasikan melalui  gerak tubuh.
Pertunjukan ‘Manusia Sampah’ dipentaskan hampir 30 menit ini dimulai dari pukul 16.00 Wib hingga 16.30 Wib di auditprium Boestanul Arifin pada hari senin tanggal 28 aprli 2014 , pementasan dalam rangka perayaan hari tari sedunia ini sudah berlangsung pada siang harinya, sebelumnya beberapa pertunjukan telah dipentaskan oleh perwakilan masing – masing jurusan dari fakultas seni pertunjukan hingga jurusan teater mendapatkan kesempatan untuk mementaskan 2 bentuk pertunjukan, salah satu pertunjukan tersebut ialah ‘Manusia Sampah’ karya Riko Melta Prata dengan mengandalkan tampilan solonya. Riko yang biasa dipanggil pekot ini mengkonsep pertunjukan kali ini jauh lebih baik dari pertunjukan ‘Manusia sampah’  yang pernah dipentaskan sebelumnya, hal ini nampak dari kejelas secara bentuk makna dari cerita yang disampaikan dan dari permainan yang lebih komunikatif dengan penonton.
Pertunjukan yang berlangsung setengah jam ini berjalan dengan lancar. Tidak ada kepastian yang jelas dalam bentuk aliran yang digunakan oleh pekot, yang pasti pertunjukan ini merupakan pertunjukan teater tubuh dengan mengandalkan tubuh sebagai media menyampaikan pesan, pola gerak yang tersusun mengikuti gambaran alur. Sesekali terdengar teriakan yang menjerit mempertegas suasana kepedihan dan kemarahan yang dirasakan.
Suasana yang dihadirkan tergambar dari pola gestur yang diciptakan melalui struktur tubuh yang seolah-olah mewakili keperihan, kepedihan dan amarah. Bentuk gestur tubuh sesekali me­mili­ki konsekuensi logis dari ketiadaan metodologis dan tehnik yang membuka tubuh kepada kemungkinan dirinya untuk berinteraksi dengan properti hingga ruang panggung, dan makin terasa sampai begitu sadar dengan pola panggung yang sudah terkonsep. Bentuk gerak yang dihadirkan menciptakan kemung­kinan-kemungkinan dari wa­tak teater tubuh yang situa­sional dapat  memasuki dan mengolah ruang pertun­jukan.
Pekot mengaplikasikan cerita mlalui gestur tubuh yang berkarakter, namun dalam pergerakannya sulit untuk menemui tipekal gerak yang jelas dari pergerakan pekot. Tubuh sebagai sebuah mendia untuk menyampaikan merupakan komponen utama bagi seorang aktor teater yang dilengkapai dan didukung dengan komponen  lainnya sehingga dapat terciptanya suatu penokohan yang kompleks dengan irama vokal yang tecipta dari batin atau jiwa seorang aktor. Maka perlu untuk memahami makna dari tubuh aktor itu sendiri.
Menyusung kesuksesan pertunjukan sebelumnya, pada pertunjukan kali ini pekot berusaha untuk melengkapi kekurangan dari pertunjukan sebelumnya tentu tidak lepas dari pemehamannya secara teoritis, karna pada dasarnya yang membendakan penyajian pertunjukan teater oleh orang akademik dengan mempelajari ilmu teater secara otodidiak terletak pada landasan teori.  Seorang yang berada dilingkungan akademik lebih memehami hal dasar dengan landasan sebuah teori sebelum merangkak pada hal yang lebih luas. Hal tersebut dilakukan agar terciptanya sebuah karya yang kuat dan penuh pertanggungjawaban.
Kurangnya sikap teoritis akan menyebabkan kualitas dan metode pendekatan teater kurang variatif sehingga kerap tidak memiliki dasar yang kuat atas pemikiran yang jelas, sehingga karya yang diciptakan susah untuk dipertanggungjawabkan. Sebuah karya yang tercipta akibat terbatasnya referensi dan kurang pengamatan atas proses yang dijalani, ditambah dengan tingkat disiplin serta totalitas yang masih perlu dipertanyakan sehingga teater pun seperti tidak membawa manfaat apa pun.
Kondisi seperti inilah yang membuat banyak pelaku teater yang tidak menghargai sebuah karya teater. Sesungguhnya kesalahan bukan pada teater tetapi bagaimana seseorang menjalani proses berteaternya. Maka untuk menetralisir hal seperti ini dibutuhkan dukungan dan cara menghargai sesama.
Tidak ingin terlepas dari hal tersebut, Pekot mencoba untuk menvisualkan pertunjukan Manusia Sampah dengan beberapa property yang digunakan seperti sekumpulan sampah yang berserakan diatas panggung dan Pekot menambahkan proprty lainnya berupa tanah liat, tepung dan cat sebagai bantuan untuk ekplorasi tubuh. Pekot juga menghadirkan video sampah yang bertumpuk dengan bantuan siluet. Secara empiris Pekot berusaha menghadirkan kenyataan realita hidup yang tidak bisa terlepas dari sampah. Manusia melupakan sesuatu yang dapat menimbulkan dampak besar bisa dampak positif bahkan sebaliknya menimbulkan dampak yang negatif. Sebagaimana yang dialami oleh seseorang yang terbuang dan tidak dipedulikan samasekali bahkan potensi yang sebenarnya ada menjadi sia-sia. hal tersebut diungkapkan pekot melalui gestur serta mimik wajah serta sesekali pekot mengeluarkan jeritan yang mewakili kepedihanan dan amarah.
Untuk mencapai tubuh dengan bantuan ekplorasi tanah liat, sampah, tepung dan lainnya, sebelumnya pekot  telah mempersiapkan fisik dengan latihan dasar, latihan teknik serata latihan pembawaan. Setelah melalui tahap ini pekot mencoba untuk memasuki pembebasan tubuh yang berusaha memerdekaan tubuhnya. usaha itu dicapai melalui kesadaran gerak tubuh, kemudian pada tubuh yang tidak melawan kepada obyek yang berasal dalam maupun luar ketubuhan, dan terakhir melalui proses pemantapan. Hal inilah yang diungkapkan oleh pekot saat ditanya perihal proses pencapaian pertunjukan ini.
Berangkat dari pemahaman di atas, maka muncul pertanyaan; apakah proses yang dilakukan pecot telah mencapai target yang diinginkan? Beberapa saat sempat membuat penonton tertegun karena tertarik dengan beberapa hal yang diciptakan, misalnya ketika adegan pecot mulai melumuri badannya dengan tanah liat hingga seluruh tubuhnya ditutupi oleh tanah liat, dengan bantuan video yang ditampilkan membuat persoalan yang diangkat mudah dipahami oleh penonton namun pekot harus bekerja keras lagi agar tidak terbenam atas visual siluet yang ditampilkan. Sering kali sebuah permainan aktor tenggelam diatas panggung akibat munculnya beberpa komponen yang sifatnya mencuri fokus  penonton. hal tersebut bisa diakali tergantung pada garapan dan permainan aktor itu sendiri. Hal ini permainan pekot sendiri bisa membantu mengimbangi video dari siluet yang ditampilkan dengan bantuan property yang dipilih pekot untuk menghadirkan kejutan – kejutan dibeberapa adegan.
Gerak tubuh yang ditampilkan pekot dapat menyatu dengan property yang ada. Lain hal gerak tubuh yang ciptakan oleh pecot belum ada kejelasan tipekal gerak dengan kata lain pecot tidak memberi sentuhan gerak – gerak yang menantang seperti gerak silat dari tradisi sendiri ataupun gerak – gerak akrobatik. Acuan ataupun referensi merupakan bagian pokok dalam mencipta sebuah karya tidak hanya secara teoritis pengalaman empiris wajib ada pada setiap lakuan cipta. Hal ini yang tergambar oleh lakuan ‘Manusia Sampah’  diwujudkan melalui gerak tubuh yang berangkat dari pengalaman empiris.
Secara visual, dengan menyusung tema ‘ Manusia Sampah ‘ Pekot lebih memperlihatkan keberadaan sekumpulan sampah yang ada diman – mana. keprihatinan akibat ketidakpedulian keberadaan sampah menjadi pengaruh yang besar terhadap dunia. Berangkat dari pemahaman tersebut, dibalik sekumpulan sampah ada makna lain yang dihadirkan dari pertunjukan ini yaitu keberadaan manusia yang tersingkir karna tidak berguna justru sebaliknya manusia lain tidak menyadari bahwa adanya potensi yang terpendam. Hal inilah yang ingin disampaaikan oleh pecot melalui pemahaman bahasa non verbal atau bahasa tubuh.
Pertunjukan ‘Manusia Sampah’ dari awal hingga akhir pertunjukan tidak terlepas dari sampah yang bertebaran, dengan tambahan video siluet yang ditampilkan dan property lainnya menambah pemaknaaan dalam pertunjukan dapat tersampaikan, namun beberapa hal yang harus jeli untuk diperhatikan yaitu aktor merupakan media utama dalam pertunjukan teater maka jangan biarkan permaian aktor terbenam dari komponen pertunjukan lainnya yang dihadirkan.