Minggu, 01 Juni 2014

KRITIK BUKU




DRAMATURGI SANDIWARA
POTRET TEATER POPULER DALAM MASYARAKAT POSKOLONIAL
OLEH : WINO SARI
NIM : 05212011

          Buku ini merupakan sajian yang berisi tentang seluk beluk sebuah group teater yang dulu pernah berjaya bahkan memberi pengaruh terhadap perkembangan masyarakat poskolonial. cerita yang dikhususkan untuk membawa pembacanya tidak hanya sekedar mengetahui kisahnya saja namun, akan menemukan unsur-unsur atau sistem yang diterapkan dalam sebuah group teater pada masa lampau.
Buku ini dimulai dengan sebuah pengantar dari Prof.Dr. Soekbakti Soemanto, S.U. salah seorang guru besar fakultas ilmu budaya universitas gadjah mada sekaligus menjadi pembimbing penulis selama menyelesaikan tesis dalam jenjang strata II di UGM.
Pengantar yang diberi sub judul ‘memahami sandiwara’ ini memamparkan tentang pemahaman sandiwara yang akan dikupas oleh sang penulis Dede Pramayoza. Dalam pengantar ini juga membahas tentang kata sandiwara yang diangkat dari sebuah toneel, terdapat pengaruh atau sisa-sisa penjajahan Belanda yang memasuki era penjajahan Jepang. Cukup ringkas dan padat untuk sebuah pengantar yang dipaparkan dalam tulisan ini, setidaknya pada bagian awal ini telah membantu pembaca untuk mengarahkan dan membuka ruang kreatif berfikir ke dalam bentuk pemahaman yang lebih mendalam.
Usai halam pengantar dari Soebakti soemanto, dilanjutkan dengan sebuah pengantar dari penulis. Isian pengantar dari penulis ini berisikan tentang alasan penulis untuk mengangkat tulisan yang bertemakan tentang pembelajaran terhadap sandiwara pada masa poskolonial. Penulis juga menyampaikan rasa syukur atas keberhasilan buku ini serta ucapan terimakasih terhadap beberapa orang yang berperan penting terhadap proses lahirnya buku ini. dengan adanya pengantar dari penulis telah memberikan informasi pada pembaca terhadap proses pembentukan buku dari penulis serta beberapa orang yang berpengaruh didalamnnya dan kejelasan penulis terhadap isi poko dalam buku ini.
Mualai pada pembahasan pertama penulis mengajak pembaca untuk mulai mengetahu serta mendalami sebuah kata ‘sandiwara’. Dengan memberikan landasan awal atas kemunculan kata sandiwara, penulis telah mempengaruhi pembaca untuk mengetahui lebih lanjut tentang isi buku ini.
Pada pembahasana berikutnya penulis mulai menyikap riwayat serta jejak-jejak sandiwara yang ada di Sumatra Barat. Pada bagian ini pembaca disuguhkan dengan informasi beberapa group teater yang populer pada era 1960-an hingga 1970-an dalam pembahasan ini tulisan diselingi dengan beberapa bukti berupa foto yang membantu pembaca unntuk merilekskan pikiran dengan kehadiran foto-foto tersebut.
Bagian kedua dalam buku ini membasah tentang kerangka sosial budaya sandiwara, pembahasan mengenai lingkunagan yang menjadi tempat tubuh dan berkembangnya sandiwara pembahasan dramaturgi sandiwara ini diawali penulis dengan tinjauan sosial historis. Pembahasan inu juga menguraikan tentang kerangka sosial tenpat sandiwara hidup sebagai kategori seni teater serta posisinya dalam sejarah keseian masyarakat minangkabau.
Penulis juga memamparkan konsep –konsep pementasan serta sistem sebuah garapan group teater pada masa itu seta penulis juga memamparkan foto –foto berupa tempat berlangsungnya pertunjukan pada masa itu.
Pembahasan yang sudah menghabiskan setengah buku tersebut telah membantu  inipembaca untuk lebih membuka ruang berfikir serta paparan tentang group-group teater pada masa lalu yang berpengaruh pada masa awal penjajahan Jepang telah membuka pikiran – pikiran lain terhadap keterkaitan group-group teater pada poskolonial. Artinya penulis telah memberikan makna sejauh pembahasan ini atas pengaruh kesenian Minangkabau terhadap masa peralihan antara jejak-jeka penjajahan Jepang yang mulai memasuki awal penjajahan Belanda.
Penulis juga menginformasikan pembaca terhadap lakon-lakon yang sering dipentaskan pada saat itu dan yang tidak kalah pentingnya orang-orang yang berada dibalik perjuangan atas kesenian di Sumatra Barat saat itu. Beberapa nama-nama tokoh yang muncul merupakan orang-orang yang berpengaruh terhadap  sejarah perkembangan teater di Indonesia.
Terlepas dari gambaran group – group teater dimulai dari nama group, pertunjukan seta pengaruh-pengaruhnya terhadap yang lain. Penulis melanjutkan pada pembahasan yang lebih spesifik terkait judul  yang dipaparkan yaitu sandiwara sebagai teater pposkolonial. Bada bagian ini penulis menguaraikan tentang pertumbuhan sandiwara dalam masyarakat Minangkabau. Penulis menghubungkan pembahsan sebelumnya dengan pembahasan selanjutnya agar terjalin kesenambungan.
Penulis juga memamparkan tentang  warisan kolonial di Indonesia yang mempengaruhi dialektika kesenian dalam masyarakat Minangkabau di Sumatra Barat. Pada kajian ini pembaca cukup bersabar untuk memahami kajian tentang sandiwara sebagai teater poskolonial karena galian tentang masa transisi dari akhir penjajahan Belanda pada awal penjajahan Jepang dibongkar serta penulis menemukan nama-nama para kolonial yang memberikan pengaruh terhadap sandiwara pada saat itu.
Pada pembahasan sandiwara sebagai teater poskolonial merangkap beberapa poin penting dimulai dari bagain pertama sandiwara sebagai strategi artistik, dengan membahas kelehiran sandiwara teater yang hibrid dan sinkretik, strategi sandiwara artistik sandiwara; mimikri dan transkulturasi, seni penampilan ; modernisasi seni pementasan dramatik, formulasi dramaturgi, pada bagian kedua sandiwara sebagai strategi diskursif, yang terbagi atas keterlibatan dengan modernitas; satir dan parodi, penguatan komuniatas,; semacam ritus, pembacaan ulang atas identitas keminangkabauan; resistensi dan representasi, pembangunan refleksivitas: dari ingatan kolektif ke dramaturgi, Penyikapi terhadap hegemoni budaya ; teater periferal, selanjutnya pada bagian ketiga membahas dialektika sandiwara yang terdiri dari beberapa poin hegemoni dan pertumbuhan sandiwara, inferioritas dan kemunduran sandiwara. Seluruh sub judul ini dikelompokkan berdasarkan pembahasan yang lebih spesif oleh penulis sesuai dengan tema perjudul yang diangkat ini telah memudahkan saya sebagai pembaca untuk menganalisasi pembahasan pada Bab ini, keterkaiatan pembahasan utama selalu masuk dalam pembahsan per sub-judul.
Pada bab terakhir penulis mengajak pembaca untuk memaknai sandiwara dalam kata lain pada pembahasan terakhir ini penulis lebih memadatkan pembahasan yang sebelum-sebelumnya, pada pembahasan ini menjelaskan pertunbuhan genre ‘teater rakyat’ yang dinamakan sandiwara. Awal penulisan pada bab ini menegaskan bahwa teater rakyat dalam masyarakat minangkabau merupakan seni dramatik yang di terima secara luas oleh berbagai kalangan dalam masyarakat. pada penegasan ini membuktikan bahwa pembahasan yang sudah ada sebelumnya dirangkum kembali menjadi lebih tajam. Bagi saya penulis berusaha mengembalikan ingatan pada bagian awal pembahasan dramaturgi sandiwara ini.
Penulis juga memamparkan beberapa kalimat yang merujuk pada sandiwara merupakan potret teater poskolonial. Akhir dari pembahasan ini ditutup dengan catatan tentang penelitian teater rakyat yang dilakukan oleh penulis.
Lembaran berikutnya di buka kembali dengan daftar pustakan, terdapat beberapa buku yang dijadikan ppenulis sebagai referensi ternyata dengan banyaknya referensi yang dihadirkan oleh penulis telah membantu saya menjembatani untuk menemukan beberapa buku lainnya yang sangat penting untuk dibaca.
Usai pada lembaran daftar pustaka dilanjutkan dengan daftar informan, yaitu terdapat beberapa orang yang berperan penting untuk memberikan infirmasi di lapangan terkait dengan kajian penulis. Nama-nama yang ada merupakan orang –orang yang pernah terlibat langsung dalam pertunjukan tempo lalu atau orang-orang yang menjadi penonton pertunjukan. Pada lembaran terakhir buku ini terdapat biografi pengarang, yang berisikan tentang tahap-tahap studi penulis hingga sampai pada terwujudnya buku dramaturgi sandiwara ini.
Buku ini sangat membantu mahasiswa terkhusus bagi mahasiswa teater ISI Padangpanjang yang berada dilingkungan ranah minang. Buku ini juga dapat dijaidkan untuk meninjau lebih jauh khususnya pada pembahasan grou-grou teater yang berada di Sumatra Barat pada masa lalu. Namun ada beberapa kesulitan yang saya temui saat membaca buku ini yaitu banyaknya kata-kata istilah yang terdapat pada buku ini sehingga saya harus mencari beberapa pengertian dari istilah-istilah tersebut. Tataran bahasa yang sangat baik yang diungkapkan oleh penulis membantu untuk lebih memahami buku ini. susunan kata –kata yang rami sehingga terwujud rangkaian kalimat yang terpisah oleh spasi yang rapi juga.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar