kritik
mediasi seni penulis Asril, S.Kar., M.hum dan DR. Ediwar,S.Sn.,M.Hum
pada
pendahuluan buku ini membahas tentang seniman, karya seni dan penonton secara
garis besar, dilanjutkan dengan pengertian kritik secara garis besar, penulis
menekankan bahwa dalam kritik harus ada norma-norma tertentu yang berfungsi
sebagai dasar penilaian atau pembahasan terhadap sesuatu hyang dihadapi. Kritik
merupakan suatu wahana menyampaikan berita, informasi, pengetahuan atau gagasan
dari seorang kepada orang lain.
Kritik
sering dianalogikan dengan aktifitas yang biasa dilakukan seorang hakim yang
bisa mencangkup kegiatan menimbang, menelaah, menafsirkan dan pada akhirnya
memutuskan vonis kepada terdakwa. Secara umum kritiki berarti kecaman atau
tanggapan. Wilayah kritik sangat luas mencangkup berbagai lini dan aspek
kehidupan seperti kritik sastra, kritik musik, kritik seni rupa, kritik tari
kritik teater, dan bagain seni lainnya. Kritik seni merupakan suatu kegiatan
untuk menvonis satu hipotesis untuk menunjukkan kekurangan dan kelemahan pada
seniman dan karyanya.
Aktivitas
kritiik seni secara menyeluruh diwarnai oleh pola pikir kualitatif yang tujuan
utamanya bukanlah pembuktian suatu prediksi atau hipotesis namun pemahaman
untuk menemukan makana konteks. Pada dasarnya seni diciptakan dan disajikan
dalam bergaman bentuk bagi terjadinya pengalaman estetik.
Batasan
kritik memiliki perbedaan , hal ini petanda bahwa untuk melakukan kritik perlu
bersandar pada ilmu pengetahuan tertentu sebagai studi pendekatannya, baik yang
berupa asumsi – asumsi, konsep-konsep,teori-teori.
Maka
kritik sebagai kemampuan membahas dan sebagai aktifitas evaluasi bisa sampai
pada pernyataan nilai baik dan buruknya karya seni tersebut. Pendukung utama dalam kehidupan seni terbagi
atas seniman, karya seni, dan penonton
karena ketiga hal ini tidak dapat dipisahkan, saling berinteragsi yang dinamis
dan kreatif.
Penikmat
seni merupakan orang-orang yang datang menonton karya seni tanpa harus
terbebani oleh pemikiran atau analisi terhadap makna karya seni yang mereka
tonton. Penghayat seni yang baik selalu haus dengan ragam pengalaman estetik
yang sanggup mengunggah gairah kehidupan manusiawi dengan ragam kekayaan
pengalaman batin yang mendalam. Penghayat seni dalam menanggapi sebuah karya
seni akan terlihat proses kreatif atau proses imajinasi maka penghayat dapat
dikatakan sebagai seniman .
Kritik
seni terbagi dalam beberapa tipe diantaranya ktitik jurnallistiik, merupakan
hasil tanggapan atau penilaian yang
disampaikan secaara terbuka kepada publik melalui media masa khususnya surat
kabar. Kritik jurnalistik hampir sama dengan kritik populer bedanya pada kritik
jurnalistik pembahasannya lebih tajam dan mendalam.
Selanjutnya
kritik ilmiah, mengulas segala hal yang bersifat ilmu, dibuat secara pengetahuan
dan memenuhi syarat ilmu pengetahuan.
Kritik ini suatu keterampilan mengkritik atau mengungkapkan hasil
pemikiran atau pengamatan yang disusun secara sistematika sesuai dengan aturan
tertentu yang lazim digunakan dalam dunia ilmu pengetahuan . kritik ilmiah
memenuhi kaidah kaidah keilmuan berupa metode tertentu dengan menggunakan
bahasa dan tata tulis yang baik dan benar atau pengunngkapan lisan.
Berikutnya
kritik populer, jenis kritik yanng ditujukan pada masyarakat umum, dalam
tulisan kritik populer jenis kritik atau putusan yang dibuat sejujur-jujurnya.
Sebagian besar masyarakat yang membuat putusan kritik jenis ini cendrung
berdasarkan pada intuitif.
Unsur-unsur yang harus ada dalam kritik seni adalah
deskriptif, interpretasi dan menilai karya seni merupakan pekerjaan penting
dalam menelaah karya seni tersebut. Setelah mendeskripsikan sebuah tulisan lalu
menginterpretasikan atau menafsirkan sebuah karya seni tersebut. Deskripsi sangat penting dalam sebuah karya
tulis ilmiah termasuk dalam tulisan kritik seni. Pengambaran situasi yang
dialami oleh penulis membantu pembaca mengikuti perjalanan, pengamatan, dan
kesan yang dilakukan oleh penulis.
Penulisasn
deskripsi berbeda terhadap objek yang sama, menurut ismail marahim deskripsi
terbagi dua macam diantaranya deskripsi ekpositori merupakan pengambaran suatu
objek menurut sistem dan urutan logis objek yang diamati. Deskriptif jenis ini
sangat berguna bagi penulis yang ingin merensensi sebuah pertunjukan. deskripsi
bisa dimulai dari awal pertunukan hingga selesai.
Berikutnya
deskripsi impresionistis, penggambaran sesuatu, situasi, peristiwa, lokasi dan
lain sebagainya berdasarkan impresi stau kesan penulisnya terhadap observasi
yang dilakukan terhadapo karya seni yang diamati. Menilai baik dan buruknya sebuah
karya seni selalu bernilai relatif tergantung pada tangga[an pembaca. Mengamati
sebuah karya seni bertujuan untuk menelaah dan menilai karya seni.
Menilai
sebuah karya seni dapat melalui ciri-ciri kasat mata pada karya yang
bersangkutan, bagaimana representasi subjeknya fungsi simbolisnya dan lain
sebagainya. Beberapa paradigma dalam menilai sebuh karya seni seperti yang
dikemukakan oleh Barret.
Realisme,
pandangan ini merupakan patokan kebenaran dan keindahan yang sudah ada dengan
sendirinya. Pandangan ini tidak ada karya seni yang lebih baik selain karya
yang secara akurat menggambarkan alam semesta dengan keberagamannya yang tak
terbatas. Pandangan berdasarkan ekpresionisme, lebih bersifat subjektif
keindahan terletak tidak pada objek yang ditulis melainkan tergantung pada
pemahaman sendiri.
Berikutnya
formalisse, suatu cara pendekatan yang pertama – tama memendang seni dari sisi
seni itu sendiri, selanjutnya intrumentalism, seni menghamba pada nilai dan
isu-isu yang lebih besar dari pada estetika dan seni. Selain keempat paradigma
ini Beret menambah aspek yaitu nilai kekriyaan atau kesempurnaan teknisnya.
Pada
bab berikutnya membahas tentang seni pertunjukan dan seni rupa sebagi sumbr
penulisan di media masa . seni pertunjukan dan seni rupa dalam beberapa wilayah
tertentu terutama yang tradisi dan karya kreatifitas setiap semester dan setiap
tahun tahun selalu muncul tulisan-tulisan dari masing-masing prodi oleh mahasiswa dan
dosen dalam berbagai bentuk.
Beberapa
aspek yang perlu diperhatikan dalam sebuah karya, penonjoolan dalam karya
dimaksudkan sebagai upaya mengarahkan perhatian orang yang menikmati suatu
karya seni terhadap suatu hal tertentu yang dipandang penting dari dari hal-hal
yang lainnya. Menulis sebuah karya seni melakukan beberapa tahap tertenntu dan
menghasilkan jenis tulisan tertenttu pula.
Seperti
resensi atau reviw, merupakan pekerjaan
yang bersifat memamparkan kembali sesuatubisa jadi masalah, kegiatan seni,
ataupoun karya seni seperti buku.
Pada
bab 4 buku ini membahas tentang titian ekpresi musik. Penulis membahas beberapa
komposisi musik yang pernah dipertunjukkan dibeberapa wilayah yang berbeda.
Penulis mengkaji tiap –tiap kompossisi dan mengupas lebih dalam.
Diawali
pada kompossisi pertama born mencoba mentrasformasikan melodi pangharoroan dari
gondang tradisional batak toba dalam suatu pencitraan orkestra. Berbagai bentuk
kreativitas penciptaan dibidang musik dengan bermacam event sudah dilakukan di
indonesia. Mulai dari penciptaan komposisi musik yang bersumber dari musik
tradisi, interkultura, kolaborasi, eksperimental, konttemporer dan lainnya.
Temu
musik tekkno dapat dijadikan sebagai
event alternatif bagi komposesr yang mengarahkan perhatian kreativitas
penciptaan musiknya yang menggunakan media teknologi elektronik seperti
komputer, midi dan sebagainya. Dalam hal
ini penulis membahas ritual magis sumber penciptaan komposisi musik sirompak
dan spirit lukah gilo.
Diawali
dari komposisi sirompak. Komposisi sirompak berdurasi sekitar satu jam ,
bagiian awal pada karya ini merupakan refleks musikal saluang sirompak yang
pili, menyayat, dan menyentak dengan suara tinggi. Bagian kedua karya ini,
melodi sirompak digarap dengan pendekatan atau format barat blus dan swing.
Bagian ketiga dalam karya ini menyampaikan bahwa sirompak adalah perbuatan
bersekutu dengan setan.
Sebagai
penutup karya ini disajikan pertarungan
batin antara kraetivitas sirompak dengan ajaran islam. Selanjutnya
kommposisi spirit lukah gilo, dilihat dari segi permaianan lukah gilo merupakan
sejenis permainan yang berbau mistis nonn musikal dengan menggunakn lukah.
Untuk melaksankan permaianan ini ada beberapa persyaratan khususnya terhadap
bahan baku pembuatan lukah yaitu lidi, bambu.
Komposisi
musik spirit lukah gilo dibagi dalam empat bagian yang diwujudkan dalam empat
karya komposisi. Pada bagain pertama komposisi ini mengambarkan presesi
pencairan batuang gilo, lidih giloh dan tampuruang gilo oleh sekelompok pemuda.
Bagian kedua mengahadirkan suasana ritual mistik dengan mengetengahkan seorang
pawang perempuan membaca mantra sambil memegang lidih gilo.
Pada
bagian ketiga pola ritme dengan sukatan ganjil dan genap dihadirkan secara
unisonon dan penonjolan masing-masing alat dengan drum sel, dol, konga, grand
kasa dan lainnya. Bagian keempat mencoba untuk menafsir prosesi mengantarkan
kembali jin ke tempat aslanya. Selanjutnya penulis mengkaji kompposisi tokok
balega, perselingkuhan ritme tradisi. Komposisi ini digarap oleh andra nova
didominasi oleh berbagai intrumen dan ensambel perkusi tradisi minang.
Karya
globalisasi dalam ekpresi mempertemukan ekpresi musikal lokal-globalisasi ,
karya globalisasi dalam ekpresi merupakan karya revisi terhadap musik iringan
tari yang anggap Mahdi untuk mengiringi tari wajah-wajah dengan koreografi
martion. Mahdi, choli dan hendrizal mencoba mempertemukan ekpresi yang sarat
dengan ekpresi musikal lokal dengan ekpresi musikal klasik, rock, tekno yang
lebih universal.
Deforentasi
dan gender dalam ruang estetik komposisi musik, sebuah kemajuan penting yang
perlu dicatat salah satu mahasiswa
karawitan dala memnuhi tugas akhir telah bernai untuk mengangkat isu
deforentasi dan gender. Uswan hasan berasal dari jambi. Wilayah jambi pada
awalnya banyak memiliki hutan perawan, tapi justru telah terjadi pengunndulan
dimana-mana. karya ini diawali dengan tayangan penebangan-penebangan hutan
menggunakan mesin gain sawmelalui
proyektor ke layar bagaian belakang pentas.
Penampilan
karya ini cukupp memukau namun penulis mmemberikan beberapa masukan dalam
tulisan ini. karya ini diakhiri dengan sajian romantis, ironis dan sekaligus
satire kepada berbagai pihak yang menikmati
hasil deforestasi . kahrya lainnya yang cukup enarik dan pperlu dicatat
yaitu lapak-lapak puan oleh mariza miradona. Karya inni mencoba untuk
menganalogikan posisi gandang batino dengan posisi perempuan Minangkkabau pada
masa lalu yang lebih cendrung bersifat berdiam diri.
Karya
ini sengaja menghadirkan dua buah gandang sarunai yaitu gandang jantan dan
gandang batino dengan posisi yang
ditinggikan sekitar dua meter di atas level
pada bagian atas panggung. Apa yang telah diwujudkan oleh dua orang
seniman ini merupakan terobasan baru ISI Padangpanjang.
Komposisi
selanjutnya yaitu mmenyama beraya: dewa mencar swandara lewat musik. Melalui
karya ini dewa mencoba menapaktilisi perjalanan hidup dan operjalanan
musikalnya, karya yang berdurasi
sekitar satu jam ini, terdiri atas ketiga karya. Dewa memulai komposisi saling asah asih asuh
dengan pemunculan suling Bali dari sayap
kanan hinngga ke tengah pentas.
Sajian
yang cukup mampu mengalihkan perhatian penonton adalah permaian anak-anak dari
bunyi-bunyian permainan kapal terbang dari
seng. Komposisi berikutnya yaitu merajut serpihan perasaan, piaman dalam
ritme. Dalam komposisi ini pembacaan susan dimulai ddari perjalan hidup seorang
individu dari kecil hingga pascca pernikahan. Pertunjukan diawali dengan sajian
komposisi buai anak.
Komposisi
buai anak ialah merefleksikan bagaimana orang tua dala proses mendidik anaknya
melalui selalu menanamkan unsur agama, etika, dan estetika, secara verbal
serpihan perasaan juga disampaikan lewat teks pantun yang dibawakan dengan
beberapa lagu indang.
Secara
keseluruhan dari komposisi yang ditampilkan susn lebih banyak terbantu dari
pengalamannya menggarap komposisi bersama group talago murni. Komposisi
berikutnya yaitu komposisi kalawang
usang; potret balada bujang marando. Alvino mencoba mengadaptasikan pola ritme
dan teknik permainan tingkahan talempong pacik kke instrumen string yang
difungsikan sebagai alas komposisi ini.
Komposisi
ini mengungkapkan perpisahan yang memilukan , ketika seseorang ditinggal mati
oleh istrinya. Memilukan ketika seseorang ditinggal mati oleh istrinya.
Berbagai kemelut seperti menjadi takut, histeris, tegang dan kacau berpadu
menjadi satu. Persoalan yang agak menganjal dalam sajian ketiga karya ini, tampak ppada upaya menyeimbangan suara
masing-masing intrumen agar bisa hadir dalam kapasitas yang diinginkan.
Sementara beberapa intrumen justru memerlukan amplikasi suara, agar bisa
seimbang dengan suara intrumen yang lain. Komposisi selanjutnya yaituu musik
hibrida nusantara persilangan yang melahirkan tnas baru. Hibrida dalam musik
merupakan sebutan yang tidak begitu familiar di kalangan pemusik. Sebutan
hibrida dalam musik yaitu pencakokan dari beberapa unsur musik yang erbeda
latar budaya dan karakter sehingga membentuk musik.
Kecendrungan
umum yang dilakukan adalah pencakokan mmusik tradisi dengan musik barat yang
beraliran populer, dangdut dan kitch. Bagi kalangan seniman batak khusunya yang
berorientasi pada musik populer atau musik industri yng komersia, gondang
sabangunan justru dicangkok dengan intrumen mmusik barat bahkan dengan konsep
musik barat. Pembaruan ini melahirkan warna baru bagi ensambel gondang sabangunan.
Beberapa musik minangpun mengalami kasus yang
sama. Musik – musik yang lahir dari
proses pencangkokan ini, bisa tumbuh menjadi tunas muda yang subur, layu, atau
mati sebelum berkembang. Komposisi berikutnya telempong kreasi musik hibrida
diatonik minang. Salah satu peristiwa yang patut dicatat dalam perkembangan
musik tradsi minang adalah, penalaan nada-nada
pada talempong yang umumnya dari
scale pantonik ke internal diatonik penelaan ini dikelompokkan pada
beberapa bagian.
Talempong
kreasi pada awalnya digunakan sebagi musik intrumentalia lagu-lagu yang berasal
dari denang tradisi minang, seperti talago biru, tak tonntong dan lain
sebaginya. Talempong kreasi sejak dari
tahun 1970an-1980-an, bahkan sampai sekarang menjadi salah satu gendre
musik Minang yang banyak digunakan di sanggar-sanggar tari, di berbagai kota
yang ada di Suabar.
Di
kota ini talempong kreasi dikembangkan pada sanggar tari Minang tigo sapilin
pimpinan Abu Bakar siddik sedangkan yang menjadi penggerak musinya dimotori
oleh hajizahketika masih kuliah di jurusan etnomusikalisasi USU.frekuensi
pertunjuakn tari minang dengan iringan talempong kreasi, terbilang sangat padat
di Jakarta, terutama pada hari Jumat sabtu dan minggu.
Keunggulan
penggarapan talempong kreasi yusaf rahman dan penampilannya yang memikat.
Islamidar memiliki keunikan tersendiri dalam bermain talempong. Ia tidak
menyusun nada - nada talempong secara
berurutan seperti nada rendah ke nada tinggi dari kiri ke kanan, tetapi
berselang –seling tinggi rendah nada itu dari kiri ke kanan sehingga membuat ia
lebih luwea memainkan melodi talempong. Meskipun saat ini Islamidar tidak
lagi aktif bermusik di sanggar Syofyani
karena telah tua.
Talempong
goyang ; musik hiburan masa depan minang, metamorfosis dari talempong kreasi ke
talempong goyang. Talempong goyang merupakan bentuk elaborasi atau perluasan
dari konsep musik talempok kreasi. Talempong kreasi membuka pelyang tidak hanya
untuk mengiringi tari dan memainkan musik-musik intrumentalis lagu-lagu dan
dendang-dengang m,inang saja akan tetapi kalangan seniman telah pula
dimanfaatkan untuk mengiringi berbagai lagu-lagu pop.
Geliat
talempong kreasi khususnya merambah pada lagu-lagu dangdut, ternyata memberi
imabas tersendiri pada genre musik ini, antara lain dari karakter musik
dangdutan dengan pola ritme tablanya yang mampu mengugah jasmani penikmatnya
bergoyang apalagi ditambah dengan goyangan para artisnya.
Pemberian
nama talempok goyang diodasari atas irama musiknya yang membuat para penonton
bergoyang nama talempong goyang lebih berkembang di daerah Padangpanjang,
bukittinggi, Paykumbuh dan sekitarnya.
Berbeda
dengan Jakarta kalangan seniman dan penikmat musik talempong kreasi justru nama
talempong goyang tidak muncuk ke permukaan bahkan nyaris mau mengenal dan tidak
mau memberi nama itu.
Ketika
talempong kreasi berganti nama menjadi talempong goyang fungsi semula sebagai musik pengiring dari
tari mulai berkurang bahkan talempong goyang justru mampu berdiri sendiri tanpa
ada tarian. Lagu-lagu yang dimainkan
dalam talempong goyang akan selalu mengalami perkembangan dengan menambah
lagu-lagu baru yang muncul dari khasanah musik pop minang dan mmusik indonesia.
Sekrang
ini permaian talempong goyang telah merambah ke babagai tempat dipelosok
Sumatra Barat. Pertunjukan tidak haya pada acara pesta perkawinan saja, tetapi
juga digunakan untuk acara pesta keramiana pemuda, pisah sambut para penjabat
daerah dan lain sebagainya.
Pada
awal sekitar tahun 1995 talempong goyang lebih banyak dipertunjukan di kota
Paykumbuh. Pada wkatu itu memang belumm banyak masyrakat melirik musik. Di ISI
Padangpanjang sendiir atalempong kreasi telah diajarkan agar para mahasiswa
lebih luas ruang gerak kreasinya dsengan talempong goyang.
Talempong
goyang; musik hiburan masa depan minang , tampilan artis mengundang simpati.
Pada poin ini penulis membongkar tentang musisi talempong goyang mayoritas
merupakan orang akademik , ternyata membawa simpati terseniri di masyarakat,
meski cita ras amusik mereka masih tergolong ringan dan belum mungkin disandingkan dengan group-group band
dengan berbagai oeralatan bang yang labih maju.
Beberapa
pengguna talempong goyang memberikan kommentar nahwa mereka lebih suka pada
talempong goyang terutam dikawasan Padangpanjang, Bukittinggi dan sekitarnya mkarena
nuansa musik minangnya yang kuat , selain ajuian musiknya yang jga turut
memsona perhatian penonton adalah penampilan para artisnya yang sopan dan
rancak.
Para
seniman group talempong goyang tidak hanya dilakkukan oleh para pemusik dan
penyanyi dari kalangan mahasiswqa , dosen, dan amtiran saja tetapi juga sudah
banyak dilirik dan dikikuti oleh penynyi-penyanyi yang tergolong profesional.
Poin
selanjutnya membahas talepiong goyang menggoyang orgen tunggal. Perkemabngan
orgen tunggal dalam satu dekade ini
dibeberap tempat ternyata berdampak kurang baiik. Secara perlahan –lahan
menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat
apalagi pertunjukan yang diadkan pada malam hari menghadirkan
pertunjjukan striping dan sebaginya. Penyajian orgen tungal dengan musik
triping tidak hanya disajikan pada keramaian pemuda atau kampung tetapi jjuaga disajikan di acara pesta
perkawinan yang dalam konsep masyrakat Minangkabau agak sulit diterima.
Penolakan
seperti inni bagi orgen tunnggal memberikan ruang grak tersendiri bagi talempong goyang. Kehadiran talempong goyang denga tampilan yanng simpati dengan busana
yang rncak dan jauh tidak melayani triping, sekalipun permintaan itu datang
dari pemuda atau tuan rumah yang mengundang.
Uniknya
talempong goyang selalu selalu melakukan pembaruan terhadap alat musik yang
digunakan , group talempoong goyang alfa musik misalnya menyerahkan seperangkat
kendang sunda dalam kelompoknya dengan pengendang asep saeful haris. Mereka
lebih memilih salad bowl masing – masing elemen budaya tidak lebr elinkan eksis
dalam kebersamaan dan kecocokan. Barangkali juga mereka sedang mencari suatu
hibrida musik yang gampang dicangkokkan dalkam musik mereka.
Poin
berikutnya membahas musik dari jazz, jazzy hingga dunia magis sejak dua bulan
terakhir ini musik ISI Padangpanjang lebih cendrung bermain musik jazz, jazzy
hingga musik yang berbau mistis. Komposisi musik mereka diramu dari beberapa
unsur tradisi, pop, dan jazz. Sementara yang berbau magispun tak luput pula
dari pengaruh yang becita rasa pop.
Di
Indonesia sering muncul pemikiran tentang musik jazz. Bahkan ada yang muncul
istilah jazz-ethnicic yakni mengawinkan beberapa genre musik tradisi dengan
intrumen musik yang umum dipakai dalam
musik jazz, kemudian dimainkan dalam gaya jazz. Salah satu yang perlu dicatat
misalnya, yang dilakukan oleh group karakatau yang mengawinkan musik jazz
dengan musik sunda.
Salah
satu komposisi matinya biso sirompak merupakan sajian komposisi play setan yang
digarap oleh Rizki menghadirkan kontra magis dari aktivitas magis sirompak.
Rizki mencoba memutar balikkan keganasan sirompak menjadi segar dalam kemasan
kocak. Menurut penulis Rizky cukup cerdik menggali pertunjukan untuk membangun
citra magis dan mistik, ia menghadirkan dua warna konnttras hitam dan putih.
Interpretasi yang cukup segar ditampilkan
Rizki sebagai sajian penutup, yakni ketika tulang soga yang berperan sebagai
orang yang mengekpresikan gadis yang dituju dengan gerakan-gerakan menggapai
dinding dan lain sebagainya ketika mengelurkan mantra.
Pada
bab lima buku ini membahas tentang titian ekpspresi seni dibuka pada pooin
pertama dengan persoalan west sumatra dance festival: ajang baru telorkan
koreografer. Pada bagaian awal penuliis
mendeskripsikan alur dari pertunjukan tari tersebut.
Pertunjukan
yang dilakukan selama tiga hari dari tanggal 16-18 Desemeber 2005 dengan lima
sesi waktu pertunukan. Khusus pada pertunjukan telah disajikan sebanyak 29
koreografer oleh 33 koreografer yang terdiri dari 29 koreografer lepas.
Khusus
untuk pertunjukan yang menyuguhkan 25 koreografi oleh 25 koreografer, secara umum lebh
didominasi oleh para koreografer muda yang penuh potensi. Festival ini telah
memunculkan semangat baru dan babak baru dunia tari sumatra Barat. Lahirnya
koreografer-koreografer muda yang potensial. Tak satu pun dari karya mereka
yang termasuk kategori koreografer yang disajikan lebih banyak berorientasi
pada modren.
Dari
rangkaian kegiatan festival ini yang menarik diamati adalah kolaborasi delapan
koreografer yang menghasilkan empat koregrafi.
Koreografi ini membangun dialog budaya antara minang dengan pasifik.
Secara keseluruhan kolaborasi ini sungguh telah membuhkan suatu kreativitas
yang nyata dengan munculkannya korregrafi baru.
Meski
berbagai persoalan yang terkain dengan kolaborasi masih perlu dipahami seccara
lebiih dalam, agar persentuhan budaya tidak hanya terjadi pada tataran kulit
luar saja. Tetapi sampai pada jiwa dan rohnya. Tentu saja kesetaraan kemampuan
teknik dan interpretasi para kolaborasi terhadap materi timbal balik sangat diperlukan.
Yang tidak kalah penting juga adalah ketersediaan waktu yang memadai untuk
berprosese.
Komposisi
berikutnya yakni koreografi baban babani tababan menyulam tradisi agraris dan
bandar minangkabau. Untuk menyiapkan koreografi ini lora mencoba menyulamtradisi
– tradisi agraris dan bandar Minangkabau dalam satu koreografi baru.
Masyarakat
Minagkabau yang pada awalnya memiliki dua ranah tradisi yaitu agraris dan
perkotaan.untuk menghadirkan suasana tradisi bandar lora mengangkat tari-tari
tradisi yang tumbuh di wilayah perkotaan Minagkabau pada masa lalu. Misalnya
tari-tari melayu yang pada awalnya tumbuh di sekolah – sekolah formal.
Salah
satu tari yang cukup unik yang dimilik oleh orang Suamtra Barat adalah tari
balence madam. Tarian ini merupakan peningala portugis sebagai tarian pergaulan
di kalangan anak muda. Uniknya tarian ini justru hanya diwarisi oleh masyarakat
etnis nias yang tinggal dipinggiran sungai Batang dan gunung padang.
Dalam
pengemasan karya ini, lora juga mencoba mengaitkan dengan keberadaan pemimpin
imajiner Minangkabau yaitu bundo kanduang yang diperankan oleh kurnaisih zaitun
yang berdiri di atas bendiyang dilepas atasnya sebagai imitasi dari kereta
kencana kaum feodal Minagkabau. Bundo kanduang ini hardir dibagian awal dan
akhir saja.
Poin
selanjtnya mebahas tentang romantis suarau ala tarian darwishan, karya ini
merupakan riset yang mendalam terhadap suatu fenomenal kkulltural atau sosial,
alek menyiapkan koreografer dengan
memunculkan kejutan-kejutan dari keunikan dan kekuatan dari suatu tradisi,
fenomenal sosial, lingkungan atau tokoh yang misalnya bundo.
Pengembangan
imajinasi dari riset yang dilakukan aleks tidak melulu ppada wilayah sakral dan
ritual. Hasil amatannya pada wilayah sakral dan ritual yang cukup penting
melahirkan karya adalah tari kerudung alek mengeksplorasi haibis aktivitas
amalan oarang-orang berzikir.
Karya
yang sudah ditampilkan dalam beberapa iven ini termasuk pada festival serambi
didukung oleh enam penari perempuan dengan busana talakuang dan kain sarungkemudian
diperkuat oleh seorang penari laki-laki dengan busana islami juga memakai kain
sarung.
Bagian
yang cukup penting dari karya ini adalah pemunculan gerak spirit of cyrcle yang
sangat lazim digunakan oleh para penari darwish dikalangan penganut sifi di
timur berputar oleh masing-masingnya dalam waktu yang lama dan berulang-ulang
tapi dalam keseimbangan yang kokoh mereka bisa mencapai trance.
Penulis
memberikan sedikit masukan diakhir poembahasan komosisi ini yaitu lebih banyak memunculkan gerak-gerak berputar
ala darwishan sehingga terjadi perpaduan dan sekaligus benturan antara
kekhusuan dan keriaan antar duniawi dan ukhrawi.
Komposisi
berikutnya yaitu Deslenda, pipmpinan galang dance Company Padang hingga saat
ini masih tercatat sabagai salah satu seorang koreografer wanita Minang. Karya
galuik yang ditarikan oleh tuti dan Rahma mencoba menggambarkan pergaulan dua
orang yang saling berupaya memperebutkan suatu posisi. Deslenda memanfaatkan
penjajahan gerak dengan tidak berpatokan pada idiom lokal minang walaupun begitu pada bagian-bagian tertentu
masih terselip unsur Minangnya.
Karya
kedua halte terinspirasi dari halte sebagai sebuah perhatian atau penantian
sementara untuk melanjutkan perjalanan dan tujuan masing-masing individu. Untuk
memperkuat suasana Halte deslenda
menghadirkan dua bangku panjang yang
berbeda tingginya.
Karya
ketiga penantian ditarikan sacara solo oeh Deslenda sebagai seorang koreografer
dan juga penari yang sudah senior, dari ketiga karya tersebut menurut penulis
secara teknik dapat dicatat bahwa salah satu kekuatan Deslenda adalah memadukan
unsur teaterikal ke dalam karyanya.
Dari
ketiga koreografer ada beberapa catatan yang menarik untuk diperbincangkan .
tiga koreografer ini mengangkat kronuk kehidupan sebagai faktor wkstrinstik
seni, meskipun dianggap hal yang sudah bisa.
Sisi
gelap pelacur. Ririn misalnya melihat sisi kehidupan pelacur tidak hanya
sebatas kenikmatan semu belaka yang diregup oleh pelacur tetapi apa akibat
dibalik itu dalam pandangan sosial dan moral. Bagian akhir karya ini Ririn
menghadirkan kontra kenikmatan sebagai akibat dari perbuatan pelacur. Pelacur
dihukum secara sosial oleh masyarakat secara sadisme bahkan cendrung
vandalisme.
Selanjutnya
karya kedua pintu hati. Rina mencoba mempresentasikan satu sisi gelap kehidupan
rumah tangga seorang ayah menjadi si-sia dihari tuanya. Rina mencoba mengakali
pertunjukannya dengan menghadirkan silhoute dari dalam kotak sebagai refleks
flashback kehidupan.
Pada
karya ketiga untung buntung yang digarap oleh denni yang dipentsaskan di
atuditorium Boestanoul Arifin Adam mencoba menterjemahkan peristiwa kisruh yang
terjadi di pasuruan 15 September 2008. Karya ini didukung oleh 17 penari bagian
pertama karya ini diawali dengan adegan kegiatan pemberian zakat kepada masyarakat
secara realis dengan busana keseharian dan blazer.
Pada
akhir karya ini semua penari jatuh bergelimpangan sebagai gambaran jatuhnya
korban. Sepanjang pertunjukan berlangsung Denni seperti menguras suasana tegang, keras dan chaos
dengan menempatkan semua penari dalam satu posisi tanpa beda kelamin.
Persoalan
yang mendasar dalam karya ini adalah minimnya pemahaman terhadap dramturgi. Hal
yang sama sebenarnya juga terjadi pada dua koreografi yang lain. Selanjutnya
karya Nike suryadi dengan judul aku dan sekujur manekin mencoba membaca
persoalan yang banyak dialami oleh para perempuan dalam kasus dan suasan batin
yang berbeda. Penulis memamparka
ketertarikannya pada bagai terakhir ulasan ini, Nike memiliki ide cemerlang
mencoba mengangkat fenomena budaya urban yang tergiur oleh indahnya tubuh
seperti manekin ke panggung pertunjukan tari.
Setelah
mengulas persoalan komposisi sebuah karya tari, penulis masuk dalam pembahasan
berikutnya yaitu mediasi seni teater. dibuka dengan sebuah karya berjudul
tangga dengan sutradara Yusril. hal yang
menarik bagi poenulis dalam karya ini adalah eksplorasi yang dilakukan oleh
seluruh pemain dengan mengususng tangga menjelajahi setiap lini pentas.
Pada
bagai penutup karya ini, eksplorasi tangga seperti membentuk replika rumah
gadang dengan latar belakang visual art yang digarap oleh Ddede pramayoza para
pemain duduk dan berdiri di atas dan dibawah rumah gadang.
Karya
yang berdurasi sekitar 55 menit ini
memiliki etika konvensional seperti ungkapan bajanjang naiak batangga turun. Akan tetapi benturan muncul ketika situasi
kekinian tidak lagi terkapung dalam koridor adat.
Karya
berikutnya yaitu hikayat cantoi karya Sulaiman Juned, dengan menggunakan
setting yang sederhana sebuah jambo di tengah bagian belakang pentas yang berfungsi
sebagai layar siluet. Penulis mendeskripsikan
pertunkan serta aspek dan sntuhan teater tutur di dalamnya.
Selanjutnya
pada pertunjunkan teater garis yang hilang, menurut penulis jika diamati dari
asopek teknik dan penggarapan, agaknya
karya ini belum terlalu banyak menyungguhkan pembaruan-pembaruan. Bahkan boleh
dikatakan belum tampa. Penetaan cahaya yang sangat terbatas sehingga beebrapa
konfigurasi gtidak terdukung secara optimal oleh lighting.
Secara
visual tampak bahwa oara pemain bermain sangat lepas, polos tanpa batas. Mereka
menghayati isi naskah karena yang mereka mainkan tentang diri mereka sendiri.
Selanjutnya pertunjukan teater ibunda karya Tia setiawaty, pertunjukan teater
ini mengangkat drama rummah tangga dengan setting budaya keluarga Jawa. Penulis
mendeskribsikan cerita pada bagian tulisan ini, masukan yang dipamparka penulis
dari beberapa penonton yang yang menyaksikan, pertunjukan mengalir sangat cair,
sehinngga tidak terasa waktu yang cukup panjang itu berlalu.
Bagi
Tya, mentransformasikan film ibunda ke dalam bentuk pertunjukan tidak
dimaksudkan hanya untuk memindahkan capaian artistik dan sinematografis ke atas
panggung. Namun berupaya memilih
sejumlah adegan yang memungkinkan disusun untuk membangun alur dramatik dan
menyajikannya pada media yang berbeda.
Pertunjukan
berikutnya, tsunami-tsunami: serpihan pilu yang tercecer. Naskah
tsunami-tsumnami merupakan nukilan pengalaman Julie janson, seorang guru dan
penulis yang berasal dari sydney, australia yang menuliskan pengalamannya
ketika jadi relawan saat tsunami menerjang.
Kabar
dari nagari laki-laki ketika kampung sudah menjadi rantau. Penulis memamparkan
devisinis dari merantau, merantau merupakan hal yang lumrah bagi semua
laki-laki Minang. Merantau sebagi motivasi dalam mencari ilmu, pengalaman, dan
bekal untuk dibawa ke kampunng halaman kelak. Catatan penting dalam pertunjukan
ini, inovasi yang ditawarkan adalah pada pembacaan situasi sosial masyarakat
Minang saat ini dalam kaitannya antara rantau dan kampung yang sudah berubah.
Usai
pembahsan tentang mediasi teater, penulis masuk pada pembahasan berikutnya
mediasi film yang terbagi dari beberapa poin diantaranya trasformasi puisi ke
film, penulis memamparkan salah satu pemutaran film yang pernah diputar di ISI
Padangpanjang. Selanjutnya poin tradisi perkaiwinan; penculikan perempuan di
Kyrgiystan dan uang naik di Makasar ( Resensi film Dokumenter ).
Contoh
mediasi film lainnya yang dihadirkan oleh penulis yaitu uang naik karya atau
sutradara Ulfiani, Bride Kidnapping in kyrgystan karya atau sutradara petrlom,
selanjutnya penulis menjajali mediasi seni rupa dengan beberapa contoh karya
sebagai bahan tulisan bagi penulis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar