Minggu, 01 Juni 2014

RESUMAN BUKU



kritik mediasi seni penulis Asril, S.Kar., M.hum dan DR. Ediwar,S.Sn.,M.Hum
pada pendahuluan buku ini membahas tentang seniman, karya seni dan penonton secara garis besar, dilanjutkan dengan pengertian kritik secara garis besar, penulis menekankan bahwa dalam kritik harus ada norma-norma tertentu yang berfungsi sebagai dasar penilaian atau pembahasan terhadap sesuatu hyang dihadapi. Kritik merupakan suatu wahana menyampaikan berita, informasi, pengetahuan atau gagasan dari seorang kepada orang lain.
Kritik sering dianalogikan dengan aktifitas yang biasa dilakukan seorang hakim yang bisa mencangkup kegiatan menimbang, menelaah, menafsirkan dan pada akhirnya memutuskan vonis kepada terdakwa. Secara umum kritiki berarti kecaman atau tanggapan. Wilayah kritik sangat luas mencangkup berbagai lini dan aspek kehidupan seperti kritik sastra, kritik musik, kritik seni rupa, kritik tari kritik teater, dan bagain seni lainnya. Kritik seni merupakan suatu kegiatan untuk menvonis satu hipotesis untuk menunjukkan kekurangan dan kelemahan pada seniman dan karyanya.
Aktivitas kritiik seni secara menyeluruh diwarnai oleh pola pikir kualitatif yang tujuan utamanya bukanlah pembuktian suatu prediksi atau hipotesis namun pemahaman untuk menemukan makana konteks. Pada dasarnya seni diciptakan dan disajikan dalam bergaman bentuk bagi terjadinya pengalaman estetik.
Batasan kritik memiliki perbedaan , hal ini petanda bahwa untuk melakukan kritik perlu bersandar pada ilmu pengetahuan tertentu sebagai studi pendekatannya, baik yang berupa asumsi – asumsi, konsep-konsep,teori-teori.
Maka kritik sebagai kemampuan membahas dan sebagai aktifitas evaluasi bisa sampai pada pernyataan nilai baik dan buruknya karya seni tersebut.  Pendukung utama dalam kehidupan seni terbagi atas  seniman, karya seni, dan penonton karena ketiga hal ini tidak dapat dipisahkan, saling berinteragsi yang dinamis dan kreatif.
Penikmat seni merupakan orang-orang yang datang menonton karya seni tanpa harus terbebani oleh pemikiran atau analisi terhadap makna karya seni yang mereka tonton. Penghayat seni yang baik selalu haus dengan ragam pengalaman estetik yang sanggup mengunggah gairah kehidupan manusiawi dengan ragam kekayaan pengalaman batin yang mendalam. Penghayat seni dalam menanggapi sebuah karya seni akan terlihat proses kreatif atau proses imajinasi maka penghayat dapat dikatakan sebagai seniman .
Kritik seni terbagi dalam beberapa tipe diantaranya ktitik jurnallistiik, merupakan hasil  tanggapan atau penilaian yang disampaikan secaara terbuka kepada publik melalui media masa khususnya surat kabar. Kritik jurnalistik hampir sama dengan kritik populer bedanya pada kritik jurnalistik pembahasannya lebih tajam dan mendalam.
Selanjutnya kritik ilmiah, mengulas segala hal yang bersifat ilmu, dibuat secara pengetahuan dan memenuhi syarat ilmu pengetahuan.  Kritik ini suatu keterampilan mengkritik atau mengungkapkan hasil pemikiran atau pengamatan yang disusun secara sistematika sesuai dengan aturan tertentu yang lazim digunakan dalam dunia ilmu pengetahuan . kritik ilmiah memenuhi kaidah kaidah keilmuan berupa metode tertentu dengan menggunakan bahasa dan tata tulis yang baik dan benar atau pengunngkapan lisan.
Berikutnya kritik populer, jenis kritik yanng ditujukan pada masyarakat umum, dalam tulisan kritik populer jenis kritik atau putusan yang dibuat sejujur-jujurnya. Sebagian besar masyarakat yang membuat putusan kritik jenis ini cendrung berdasarkan pada intuitif.
Unsur-unsur  yang harus ada dalam kritik seni adalah deskriptif, interpretasi dan menilai karya seni merupakan pekerjaan penting dalam menelaah karya seni tersebut. Setelah mendeskripsikan sebuah tulisan lalu menginterpretasikan atau menafsirkan sebuah karya seni tersebut.  Deskripsi sangat penting dalam sebuah karya tulis ilmiah termasuk dalam tulisan kritik seni. Pengambaran situasi yang dialami oleh penulis membantu pembaca mengikuti perjalanan, pengamatan, dan kesan yang dilakukan oleh  penulis.
Penulisasn deskripsi berbeda terhadap objek yang sama, menurut ismail marahim deskripsi terbagi dua macam diantaranya deskripsi ekpositori merupakan pengambaran suatu objek menurut sistem dan urutan logis objek yang diamati. Deskriptif jenis ini sangat berguna bagi penulis yang ingin merensensi sebuah pertunjukan. deskripsi bisa dimulai dari awal pertunukan hingga selesai.
Berikutnya deskripsi impresionistis, penggambaran sesuatu, situasi, peristiwa, lokasi dan lain sebagainya berdasarkan impresi stau kesan penulisnya terhadap observasi yang dilakukan terhadapo karya seni yang diamati. Menilai baik dan buruknya sebuah karya seni selalu bernilai relatif tergantung pada tangga[an pembaca. Mengamati sebuah karya seni bertujuan untuk menelaah dan menilai karya seni.
Menilai sebuah karya seni dapat melalui ciri-ciri kasat mata pada karya yang bersangkutan, bagaimana representasi subjeknya fungsi simbolisnya dan lain sebagainya. Beberapa paradigma dalam menilai sebuh karya seni seperti yang dikemukakan oleh Barret.
Realisme, pandangan ini merupakan patokan kebenaran dan keindahan yang sudah ada dengan sendirinya. Pandangan ini tidak ada karya seni yang lebih baik selain karya yang secara akurat menggambarkan alam semesta dengan keberagamannya yang tak terbatas. Pandangan berdasarkan ekpresionisme, lebih bersifat subjektif keindahan terletak tidak pada objek yang ditulis melainkan tergantung pada pemahaman sendiri.
Berikutnya formalisse, suatu cara pendekatan yang pertama – tama memendang seni dari sisi seni itu sendiri, selanjutnya intrumentalism, seni menghamba pada nilai dan isu-isu yang lebih besar dari pada estetika dan seni. Selain keempat paradigma ini Beret menambah aspek yaitu nilai kekriyaan atau kesempurnaan teknisnya.
Pada bab berikutnya membahas tentang seni pertunjukan dan seni rupa sebagi sumbr penulisan di media masa . seni pertunjukan dan seni rupa dalam beberapa wilayah tertentu terutama yang tradisi dan karya kreatifitas setiap semester dan setiap tahun tahun selalu muncul tulisan-tulisan  dari masing-masing prodi oleh mahasiswa dan dosen dalam berbagai bentuk.
Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam sebuah karya, penonjoolan dalam karya dimaksudkan sebagai upaya mengarahkan perhatian orang yang menikmati suatu karya seni terhadap suatu hal tertentu yang dipandang penting dari dari hal-hal yang lainnya. Menulis sebuah karya seni melakukan beberapa tahap tertenntu dan menghasilkan jenis tulisan tertenttu pula.
Seperti resensi atau reviw,  merupakan pekerjaan yang bersifat memamparkan kembali sesuatubisa jadi masalah, kegiatan seni, ataupoun karya seni seperti buku.
Pada bab 4 buku ini membahas tentang titian ekpresi musik. Penulis membahas beberapa komposisi musik yang pernah dipertunjukkan dibeberapa wilayah yang berbeda. Penulis mengkaji tiap –tiap kompossisi dan mengupas lebih dalam.
Diawali pada kompossisi pertama born mencoba mentrasformasikan melodi pangharoroan dari gondang tradisional batak toba dalam suatu pencitraan orkestra. Berbagai bentuk kreativitas penciptaan dibidang musik dengan bermacam event sudah dilakukan di indonesia. Mulai dari penciptaan komposisi musik yang bersumber dari musik tradisi, interkultura, kolaborasi, eksperimental, konttemporer dan lainnya.
Temu musik tekkno  dapat dijadikan sebagai event alternatif bagi komposesr yang mengarahkan perhatian kreativitas penciptaan musiknya yang menggunakan media teknologi elektronik seperti komputer, midi dan sebagainya.  Dalam hal ini penulis membahas ritual magis sumber penciptaan komposisi musik sirompak dan spirit lukah gilo.
Diawali dari komposisi sirompak. Komposisi sirompak berdurasi sekitar satu jam , bagiian awal pada karya ini merupakan refleks musikal saluang sirompak yang pili, menyayat, dan menyentak dengan suara tinggi. Bagian kedua karya ini, melodi sirompak digarap dengan pendekatan atau format barat blus dan swing. Bagian ketiga dalam karya ini menyampaikan bahwa sirompak adalah perbuatan bersekutu dengan setan.
Sebagai penutup karya ini disajikan pertarungan  batin antara kraetivitas sirompak dengan ajaran islam. Selanjutnya kommposisi spirit lukah gilo, dilihat dari segi permaianan lukah gilo merupakan sejenis permainan yang berbau mistis nonn musikal dengan menggunakn lukah. Untuk melaksankan permaianan ini ada beberapa persyaratan khususnya terhadap bahan baku pembuatan lukah yaitu lidi, bambu.
Komposisi musik spirit lukah gilo dibagi dalam empat bagian yang diwujudkan dalam empat karya komposisi. Pada bagain pertama komposisi ini mengambarkan presesi pencairan batuang gilo, lidih giloh dan tampuruang gilo oleh sekelompok pemuda. Bagian kedua mengahadirkan suasana ritual mistik dengan mengetengahkan seorang pawang perempuan membaca mantra sambil memegang lidih gilo.
Pada bagian ketiga pola ritme dengan sukatan ganjil dan genap dihadirkan secara unisonon dan penonjolan masing-masing alat dengan drum sel, dol, konga, grand kasa dan lainnya. Bagian keempat mencoba untuk menafsir prosesi mengantarkan kembali jin ke tempat aslanya. Selanjutnya penulis mengkaji kompposisi tokok balega, perselingkuhan ritme tradisi. Komposisi ini digarap oleh andra nova didominasi oleh berbagai intrumen dan ensambel perkusi tradisi minang.
Karya globalisasi dalam ekpresi mempertemukan ekpresi musikal lokal-globalisasi , karya globalisasi dalam ekpresi merupakan karya revisi terhadap musik iringan tari yang anggap Mahdi untuk mengiringi tari wajah-wajah dengan koreografi martion. Mahdi, choli dan hendrizal mencoba mempertemukan ekpresi yang sarat dengan ekpresi musikal lokal dengan ekpresi musikal klasik, rock, tekno yang lebih universal.
Deforentasi dan gender dalam ruang estetik komposisi musik, sebuah kemajuan penting yang perlu dicatat  salah satu mahasiswa karawitan dala memnuhi tugas akhir telah bernai untuk mengangkat isu deforentasi dan gender. Uswan hasan berasal dari jambi. Wilayah jambi pada awalnya banyak memiliki hutan perawan, tapi justru telah terjadi pengunndulan dimana-mana. karya ini diawali dengan tayangan penebangan-penebangan hutan menggunakan mesin gain sawmelalui  proyektor ke layar bagaian belakang pentas.
Penampilan karya ini cukupp memukau namun penulis mmemberikan beberapa masukan dalam tulisan ini. karya ini diakhiri dengan sajian romantis, ironis dan sekaligus satire kepada berbagai pihak yang menikmati  hasil deforestasi . kahrya lainnya yang cukup enarik dan pperlu dicatat yaitu lapak-lapak puan oleh mariza miradona. Karya inni mencoba untuk menganalogikan posisi gandang batino dengan posisi perempuan Minangkkabau pada masa lalu yang lebih cendrung bersifat berdiam diri.
Karya ini sengaja menghadirkan dua buah gandang sarunai yaitu gandang jantan dan gandang batino  dengan posisi yang ditinggikan sekitar dua meter di atas level  pada bagian atas panggung. Apa yang telah diwujudkan oleh dua orang seniman ini merupakan terobasan baru ISI Padangpanjang.
Komposisi selanjutnya yaitu mmenyama beraya: dewa mencar swandara lewat musik. Melalui karya ini dewa mencoba menapaktilisi perjalanan hidup dan operjalanan musikalnya,   karya yang berdurasi sekitar satu jam ini, terdiri atas ketiga karya.  Dewa memulai komposisi saling asah asih asuh dengan pemunculan suling Bali dari sayap  kanan hinngga ke tengah pentas.
Sajian yang cukup mampu mengalihkan perhatian penonton adalah permaian anak-anak dari bunyi-bunyian permainan kapal terbang dari  seng. Komposisi berikutnya yaitu merajut serpihan perasaan, piaman dalam ritme. Dalam komposisi ini pembacaan susan dimulai ddari perjalan hidup seorang individu dari kecil hingga pascca pernikahan. Pertunjukan diawali dengan sajian komposisi buai anak.
Komposisi buai anak ialah merefleksikan bagaimana orang tua dala proses mendidik anaknya melalui selalu menanamkan unsur agama, etika, dan estetika, secara verbal serpihan perasaan juga disampaikan lewat teks pantun yang dibawakan dengan beberapa lagu indang.
Secara keseluruhan dari komposisi yang ditampilkan susn lebih banyak terbantu dari pengalamannya menggarap komposisi bersama group talago murni. Komposisi berikutnya yaitu komposisi  kalawang usang; potret balada bujang marando. Alvino mencoba mengadaptasikan pola ritme dan teknik permainan tingkahan talempong pacik kke instrumen string yang difungsikan sebagai alas komposisi ini.
Komposisi ini mengungkapkan perpisahan yang memilukan , ketika seseorang ditinggal mati oleh istrinya. Memilukan ketika seseorang ditinggal mati oleh istrinya. Berbagai kemelut seperti menjadi takut, histeris, tegang dan kacau berpadu menjadi satu. Persoalan yang agak menganjal dalam sajian ketiga karya ini,  tampak ppada upaya menyeimbangan suara masing-masing intrumen agar bisa hadir dalam kapasitas yang diinginkan. Sementara beberapa intrumen justru memerlukan amplikasi suara, agar bisa seimbang dengan suara intrumen yang lain. Komposisi selanjutnya yaituu musik hibrida nusantara persilangan yang melahirkan tnas baru. Hibrida dalam musik merupakan sebutan yang tidak begitu familiar di kalangan pemusik. Sebutan hibrida dalam musik yaitu pencakokan dari beberapa unsur musik yang erbeda latar budaya dan karakter sehingga membentuk musik.
Kecendrungan umum yang dilakukan adalah pencakokan mmusik tradisi dengan musik barat yang beraliran populer, dangdut dan kitch. Bagi kalangan seniman batak khusunya yang berorientasi pada musik populer atau musik industri yng komersia, gondang sabangunan justru dicangkok dengan intrumen mmusik barat bahkan dengan konsep musik barat. Pembaruan ini melahirkan warna baru bagi ensambel gondang sabangunan.
 Beberapa musik minangpun mengalami kasus yang sama.  Musik – musik yang lahir dari proses pencangkokan ini, bisa tumbuh menjadi tunas muda yang subur, layu, atau mati sebelum berkembang. Komposisi berikutnya telempong kreasi musik hibrida diatonik minang. Salah satu peristiwa yang patut dicatat dalam perkembangan musik tradsi minang adalah, penalaan nada-nada  pada talempong yang umumnya dari  scale pantonik ke internal diatonik penelaan ini dikelompokkan pada beberapa bagian.
Talempong kreasi pada awalnya digunakan sebagi musik intrumentalia lagu-lagu yang berasal dari denang tradisi minang, seperti talago biru, tak tonntong dan lain sebaginya. Talempong kreasi sejak dari  tahun 1970an-1980-an, bahkan sampai sekarang menjadi salah satu gendre musik Minang yang banyak digunakan di sanggar-sanggar tari, di berbagai kota yang ada di Suabar.
Di kota ini talempong kreasi dikembangkan pada sanggar tari Minang tigo sapilin pimpinan Abu Bakar siddik sedangkan yang menjadi penggerak musinya dimotori oleh hajizahketika masih kuliah di jurusan etnomusikalisasi USU.frekuensi pertunjuakn tari minang dengan iringan talempong kreasi, terbilang sangat padat di Jakarta, terutama pada hari Jumat sabtu dan minggu.
Keunggulan penggarapan talempong kreasi yusaf rahman dan penampilannya yang memikat. Islamidar memiliki keunikan tersendiri dalam bermain talempong. Ia tidak menyusun nada  - nada talempong secara berurutan seperti nada rendah ke nada tinggi dari kiri ke kanan, tetapi berselang –seling tinggi rendah nada itu dari kiri ke kanan sehingga membuat ia lebih luwea memainkan melodi talempong. Meskipun saat ini Islamidar tidak lagi  aktif bermusik di sanggar Syofyani karena telah tua.
Talempong goyang ; musik hiburan masa depan minang, metamorfosis dari talempong kreasi ke talempong goyang. Talempong goyang merupakan bentuk elaborasi atau perluasan dari konsep musik talempok kreasi. Talempong kreasi membuka pelyang tidak hanya untuk mengiringi tari dan memainkan musik-musik intrumentalis lagu-lagu dan dendang-dengang m,inang saja akan tetapi kalangan seniman telah pula dimanfaatkan untuk mengiringi berbagai lagu-lagu pop.
Geliat talempong kreasi khususnya merambah pada lagu-lagu dangdut, ternyata memberi imabas tersendiri pada genre musik ini, antara lain dari karakter musik dangdutan dengan pola ritme tablanya yang mampu mengugah jasmani penikmatnya bergoyang apalagi ditambah dengan goyangan para artisnya.
Pemberian nama talempok goyang diodasari atas irama musiknya yang membuat para penonton bergoyang nama talempong goyang lebih berkembang di daerah Padangpanjang, bukittinggi, Paykumbuh dan sekitarnya.
Berbeda dengan Jakarta kalangan seniman dan penikmat musik talempong kreasi justru nama talempong goyang tidak muncuk ke permukaan bahkan nyaris mau mengenal dan tidak mau memberi nama itu.
Ketika talempong kreasi berganti nama menjadi talempong goyang  fungsi semula sebagai musik pengiring dari tari mulai berkurang bahkan talempong goyang justru mampu berdiri sendiri tanpa ada tarian. Lagu-lagu  yang dimainkan dalam talempong goyang akan selalu mengalami perkembangan dengan menambah lagu-lagu baru yang muncul dari khasanah musik pop minang dan mmusik indonesia.
Sekrang ini permaian talempong goyang telah merambah ke babagai tempat dipelosok Sumatra Barat. Pertunjukan tidak haya pada acara pesta perkawinan saja, tetapi juga digunakan untuk acara pesta keramiana pemuda, pisah sambut para penjabat daerah dan lain sebagainya.
Pada awal sekitar tahun 1995 talempong goyang lebih banyak dipertunjukan di kota Paykumbuh. Pada wkatu itu memang belumm banyak masyrakat melirik musik. Di ISI Padangpanjang sendiir atalempong kreasi telah diajarkan agar para mahasiswa lebih luas ruang gerak kreasinya dsengan talempong goyang.
Talempong goyang; musik hiburan masa depan minang , tampilan artis mengundang simpati. Pada poin ini penulis membongkar tentang musisi talempong goyang mayoritas merupakan orang akademik , ternyata membawa simpati terseniri di masyarakat, meski cita ras amusik mereka masih tergolong ringan dan belum  mungkin disandingkan dengan group-group band dengan berbagai oeralatan bang yang labih maju.
Beberapa pengguna talempong goyang memberikan kommentar nahwa mereka lebih suka pada talempong goyang terutam dikawasan Padangpanjang, Bukittinggi dan sekitarnya mkarena nuansa musik minangnya yang kuat , selain ajuian musiknya yang jga turut memsona perhatian penonton adalah penampilan para artisnya yang sopan dan rancak.
Para seniman group talempong goyang tidak hanya dilakkukan oleh para pemusik dan penyanyi dari kalangan mahasiswqa , dosen, dan amtiran saja tetapi juga sudah banyak dilirik dan dikikuti oleh penynyi-penyanyi yang tergolong profesional.
Poin selanjutnya membahas talepiong goyang menggoyang orgen tunggal. Perkemabngan orgen tunggal dalam satu dekade ini  dibeberap tempat ternyata berdampak kurang baiik. Secara perlahan –lahan menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat  apalagi pertunjukan yang diadkan pada malam hari menghadirkan pertunjjukan striping dan sebaginya. Penyajian orgen tungal dengan musik triping tidak hanya disajikan pada keramaian pemuda atau kampung  tetapi jjuaga disajikan di acara pesta perkawinan yang dalam konsep masyrakat Minangkabau agak sulit diterima.
Penolakan seperti inni bagi orgen tunnggal memberikan ruang grak tersendiri bagi  talempong goyang.  Kehadiran talempong goyang  denga tampilan yanng simpati dengan busana yang rncak dan jauh tidak melayani triping, sekalipun permintaan itu datang dari pemuda atau tuan rumah yang mengundang.
Uniknya talempong goyang selalu selalu melakukan pembaruan terhadap alat musik yang digunakan , group talempoong goyang alfa musik misalnya menyerahkan seperangkat kendang sunda dalam kelompoknya dengan pengendang asep saeful haris. Mereka lebih memilih salad bowl masing – masing elemen budaya tidak lebr elinkan eksis dalam kebersamaan dan kecocokan. Barangkali juga mereka sedang mencari suatu hibrida musik yang gampang dicangkokkan dalkam musik mereka.
Poin berikutnya membahas musik dari jazz, jazzy hingga dunia magis sejak dua bulan terakhir ini musik ISI Padangpanjang lebih cendrung bermain musik jazz, jazzy hingga musik yang berbau mistis. Komposisi musik mereka diramu dari beberapa unsur tradisi, pop, dan jazz. Sementara yang berbau magispun tak luput pula dari pengaruh yang becita rasa pop.
Di Indonesia sering muncul pemikiran tentang musik jazz. Bahkan ada yang muncul istilah jazz-ethnicic yakni mengawinkan beberapa genre musik tradisi dengan intrumen musik yang umum  dipakai dalam musik jazz, kemudian dimainkan dalam gaya jazz. Salah satu yang perlu dicatat misalnya, yang dilakukan oleh group karakatau yang mengawinkan musik jazz dengan musik  sunda.
Salah satu komposisi matinya biso sirompak merupakan sajian komposisi play setan yang digarap oleh Rizki menghadirkan kontra magis dari aktivitas magis sirompak. Rizki mencoba memutar balikkan keganasan sirompak menjadi segar dalam kemasan kocak. Menurut penulis Rizky cukup cerdik menggali pertunjukan untuk membangun citra magis dan mistik, ia menghadirkan dua warna konnttras hitam dan putih.
 Interpretasi yang cukup segar ditampilkan Rizki sebagai sajian penutup, yakni ketika tulang soga yang berperan sebagai orang yang mengekpresikan gadis yang dituju dengan gerakan-gerakan menggapai dinding dan lain sebagainya ketika mengelurkan mantra.
Pada bab lima buku ini membahas tentang titian ekpspresi seni dibuka pada pooin pertama dengan persoalan west sumatra dance festival: ajang baru telorkan koreografer.  Pada bagaian awal penuliis mendeskripsikan alur dari pertunjukan tari tersebut.
Pertunjukan yang dilakukan selama tiga hari dari tanggal 16-18 Desemeber 2005 dengan lima sesi waktu pertunukan. Khusus pada pertunjukan telah disajikan sebanyak 29 koreografer oleh 33 koreografer yang terdiri dari 29 koreografer lepas.
Khusus untuk pertunjukan yang menyuguhkan 25 koreografi  oleh 25 koreografer, secara umum lebh didominasi oleh para koreografer muda yang penuh potensi. Festival ini telah memunculkan semangat baru dan babak baru dunia tari sumatra Barat. Lahirnya koreografer-koreografer muda yang potensial. Tak satu pun dari karya mereka yang termasuk kategori koreografer yang disajikan lebih banyak berorientasi pada modren.
Dari rangkaian kegiatan festival ini yang menarik diamati adalah kolaborasi delapan koreografer yang menghasilkan empat koregrafi.  Koreografi ini membangun dialog budaya antara minang dengan pasifik. Secara keseluruhan kolaborasi ini sungguh telah membuhkan suatu kreativitas yang nyata dengan munculkannya korregrafi baru.
Meski berbagai persoalan yang terkain dengan kolaborasi masih perlu dipahami seccara lebiih dalam, agar persentuhan budaya tidak hanya terjadi pada tataran kulit luar saja. Tetapi sampai pada jiwa dan rohnya. Tentu saja kesetaraan kemampuan teknik dan interpretasi para kolaborasi terhadap materi timbal balik sangat diperlukan. Yang tidak kalah penting juga adalah ketersediaan waktu yang memadai untuk berprosese.
Komposisi berikutnya yakni koreografi baban babani tababan menyulam tradisi agraris dan bandar minangkabau. Untuk menyiapkan koreografi ini lora mencoba menyulamtradisi – tradisi agraris dan bandar Minangkabau dalam satu koreografi baru.
Masyarakat Minagkabau yang pada awalnya memiliki dua ranah tradisi yaitu agraris dan perkotaan.untuk menghadirkan suasana tradisi bandar lora mengangkat tari-tari tradisi yang tumbuh di wilayah perkotaan Minagkabau pada masa lalu. Misalnya tari-tari melayu yang pada awalnya tumbuh di sekolah – sekolah formal.
Salah satu tari yang cukup unik yang dimilik oleh orang Suamtra Barat adalah tari balence madam. Tarian ini merupakan peningala portugis sebagai tarian pergaulan di kalangan anak muda. Uniknya tarian ini justru hanya diwarisi oleh masyarakat etnis nias yang tinggal dipinggiran sungai Batang dan gunung padang.
Dalam pengemasan karya ini, lora juga mencoba mengaitkan dengan keberadaan pemimpin imajiner Minangkabau yaitu bundo kanduang yang diperankan oleh kurnaisih zaitun yang berdiri di atas bendiyang dilepas atasnya sebagai imitasi dari kereta kencana kaum feodal Minagkabau. Bundo kanduang ini hardir dibagian awal dan akhir saja.
Poin selanjtnya mebahas tentang romantis suarau ala tarian darwishan, karya ini merupakan riset yang mendalam terhadap suatu fenomenal kkulltural atau sosial, alek menyiapkan koreografer  dengan memunculkan kejutan-kejutan dari keunikan dan kekuatan dari suatu tradisi, fenomenal sosial, lingkungan atau tokoh yang misalnya bundo.
Pengembangan imajinasi dari riset yang dilakukan aleks tidak melulu ppada wilayah sakral dan ritual. Hasil amatannya pada wilayah sakral dan ritual yang cukup penting melahirkan karya adalah tari kerudung alek mengeksplorasi haibis aktivitas amalan oarang-orang berzikir.
Karya yang sudah ditampilkan dalam beberapa iven ini termasuk pada festival serambi didukung oleh enam penari perempuan dengan busana talakuang dan kain sarungkemudian diperkuat oleh seorang penari laki-laki dengan busana islami juga memakai kain sarung.
Bagian yang cukup penting dari karya ini adalah pemunculan gerak spirit of cyrcle yang sangat lazim digunakan oleh para penari darwish dikalangan penganut sifi di timur berputar oleh masing-masingnya dalam waktu yang lama dan berulang-ulang tapi dalam keseimbangan yang kokoh mereka bisa mencapai trance.
Penulis memberikan sedikit masukan diakhir poembahasan komosisi ini yaitu  lebih banyak memunculkan gerak-gerak berputar ala darwishan sehingga terjadi perpaduan dan sekaligus benturan antara kekhusuan dan keriaan antar duniawi dan ukhrawi.
Komposisi berikutnya yaitu Deslenda, pipmpinan galang dance Company Padang hingga saat ini masih tercatat sabagai salah satu seorang koreografer wanita Minang. Karya galuik yang ditarikan oleh tuti dan Rahma mencoba menggambarkan pergaulan dua orang yang saling berupaya memperebutkan suatu posisi. Deslenda memanfaatkan penjajahan gerak dengan tidak berpatokan pada idiom lokal minang  walaupun begitu pada bagian-bagian tertentu masih terselip unsur Minangnya.
Karya kedua halte terinspirasi dari halte sebagai sebuah perhatian atau penantian sementara untuk melanjutkan perjalanan dan tujuan masing-masing individu. Untuk memperkuat suasana Halte  deslenda menghadirkan dua bangku panjang  yang berbeda tingginya.
Karya ketiga penantian ditarikan sacara solo oeh Deslenda sebagai seorang koreografer dan juga penari yang sudah senior, dari ketiga karya tersebut menurut penulis secara teknik dapat dicatat bahwa salah satu kekuatan Deslenda adalah memadukan unsur teaterikal ke dalam karyanya.
Dari ketiga koreografer ada beberapa catatan yang menarik untuk diperbincangkan . tiga koreografer ini mengangkat kronuk kehidupan sebagai faktor wkstrinstik seni, meskipun dianggap hal yang sudah bisa.
Sisi gelap pelacur. Ririn misalnya melihat sisi kehidupan pelacur tidak hanya sebatas kenikmatan semu belaka yang diregup oleh pelacur tetapi apa akibat dibalik itu dalam pandangan sosial dan moral. Bagian akhir karya ini Ririn menghadirkan kontra kenikmatan sebagai akibat dari perbuatan pelacur. Pelacur dihukum secara sosial oleh masyarakat secara sadisme bahkan cendrung vandalisme.
Selanjutnya karya kedua pintu hati. Rina mencoba mempresentasikan satu sisi gelap kehidupan rumah tangga seorang ayah menjadi si-sia dihari tuanya. Rina mencoba mengakali pertunjukannya dengan menghadirkan silhoute dari dalam kotak sebagai refleks flashback kehidupan.
Pada karya ketiga untung buntung yang digarap oleh denni yang dipentsaskan di atuditorium Boestanoul Arifin Adam mencoba menterjemahkan peristiwa kisruh yang terjadi di pasuruan 15 September 2008. Karya ini didukung oleh 17 penari bagian pertama karya ini diawali dengan adegan kegiatan pemberian zakat kepada masyarakat secara realis dengan busana keseharian dan blazer.
Pada akhir karya ini semua penari jatuh bergelimpangan sebagai gambaran jatuhnya korban. Sepanjang pertunjukan berlangsung Denni seperti  menguras suasana tegang, keras dan chaos dengan menempatkan semua penari dalam satu posisi tanpa beda kelamin.
Persoalan yang mendasar dalam karya ini adalah minimnya pemahaman terhadap dramturgi. Hal yang sama sebenarnya juga terjadi pada dua koreografi yang lain. Selanjutnya karya Nike suryadi dengan judul aku dan sekujur manekin mencoba membaca persoalan yang banyak dialami oleh para perempuan dalam kasus dan suasan batin yang berbeda.  Penulis memamparka ketertarikannya pada bagai terakhir ulasan ini, Nike memiliki ide cemerlang mencoba mengangkat fenomena budaya urban yang tergiur oleh indahnya tubuh seperti manekin ke panggung pertunjukan tari.
Setelah mengulas persoalan komposisi sebuah karya tari, penulis masuk dalam pembahasan berikutnya yaitu mediasi seni teater. dibuka dengan sebuah karya berjudul tangga dengan sutradara Yusril.  hal yang menarik bagi poenulis dalam karya ini adalah eksplorasi yang dilakukan oleh seluruh pemain dengan mengususng tangga menjelajahi setiap lini pentas.
Pada bagai penutup karya ini, eksplorasi tangga seperti membentuk replika rumah gadang dengan latar belakang visual art yang digarap oleh Ddede pramayoza para pemain duduk dan berdiri di atas dan dibawah rumah gadang.
Karya yang berdurasi sekitar  55 menit ini memiliki etika konvensional seperti ungkapan bajanjang naiak batangga turun.  Akan tetapi benturan muncul ketika situasi kekinian tidak lagi terkapung dalam koridor adat.
Karya berikutnya yaitu hikayat cantoi karya Sulaiman Juned, dengan menggunakan setting yang sederhana sebuah jambo di tengah bagian belakang pentas yang berfungsi sebagai layar siluet. Penulis mendeskripsikan  pertunkan serta aspek dan sntuhan teater tutur di dalamnya.
Selanjutnya pada pertunjunkan teater garis yang hilang, menurut penulis jika diamati dari asopek teknik  dan penggarapan, agaknya karya ini belum terlalu banyak menyungguhkan pembaruan-pembaruan. Bahkan boleh dikatakan belum tampa. Penetaan cahaya yang sangat terbatas sehingga beebrapa konfigurasi gtidak terdukung secara optimal oleh lighting.
Secara visual tampak bahwa oara pemain bermain sangat lepas, polos tanpa batas. Mereka menghayati isi naskah karena yang mereka mainkan tentang diri mereka sendiri. Selanjutnya pertunjukan teater ibunda karya Tia setiawaty, pertunjukan teater ini mengangkat drama rummah tangga dengan setting budaya keluarga Jawa. Penulis mendeskribsikan cerita pada bagian tulisan ini, masukan yang dipamparka penulis dari beberapa penonton yang yang menyaksikan, pertunjukan mengalir sangat cair, sehinngga tidak terasa waktu yang cukup panjang itu berlalu.
Bagi Tya, mentransformasikan film ibunda ke dalam bentuk pertunjukan tidak dimaksudkan hanya untuk memindahkan capaian artistik dan sinematografis ke atas panggung.  Namun berupaya memilih sejumlah adegan yang memungkinkan disusun untuk membangun alur dramatik dan menyajikannya pada media yang berbeda.
Pertunjukan berikutnya, tsunami-tsunami: serpihan pilu yang tercecer. Naskah tsunami-tsumnami merupakan nukilan pengalaman Julie janson, seorang guru dan penulis yang berasal dari sydney, australia yang menuliskan pengalamannya ketika jadi relawan saat tsunami menerjang.
Kabar dari nagari laki-laki ketika kampung sudah menjadi rantau. Penulis memamparkan devisinis dari merantau, merantau merupakan hal yang lumrah bagi semua laki-laki Minang. Merantau sebagi motivasi dalam mencari ilmu, pengalaman, dan bekal untuk dibawa ke kampunng halaman kelak. Catatan penting dalam pertunjukan ini, inovasi yang ditawarkan adalah pada pembacaan situasi sosial masyarakat Minang saat ini dalam kaitannya antara rantau dan kampung yang sudah berubah.
Usai pembahsan tentang mediasi teater, penulis masuk pada pembahasan berikutnya mediasi film yang terbagi dari beberapa poin diantaranya trasformasi puisi ke film, penulis memamparkan salah satu pemutaran film yang pernah diputar di ISI Padangpanjang. Selanjutnya poin tradisi perkaiwinan; penculikan perempuan di Kyrgiystan dan uang naik di Makasar ( Resensi film Dokumenter ).
Contoh mediasi film lainnya yang dihadirkan oleh penulis yaitu uang naik karya atau sutradara Ulfiani, Bride Kidnapping in kyrgystan karya atau sutradara petrlom, selanjutnya penulis menjajali mediasi seni rupa dengan beberapa contoh karya sebagai bahan tulisan bagi penulis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar