FENOMENA AKTING TUBUH ( NON VERBAL) DALAM PERTUNJUKAN
TETAER
Wino
Sari
Abstrak : Pertunjukan teater tubuh jurusan teater
ISI Padangpanjang, penulis mengangkat judul ini dari proses penelitian yang
dilakukan, tentu saja proses penelitian itu berpijak dari topik yang ingin di
angkat oleh penulis, proses penelitian ini penulis menggunakan metode tinjauan
pustaka dengan menggunakan beberapa buku yang berhubungan dengan topik yang di
angkan di jadikan sebagai referensi, penulis juga menggunakan metode wawancara,
dengan langsung mewawancarai seseorang yang pernah terlibat dalam pertunjukan teater
tubuh di Jurusan Teater ISI Padangpanjang.
Kata kunci : teater tubuh, Teater ISI Padangpanjang
PENDAHULUAN
Teater
berasal dari kata Yunani, “theatron” yang artinya tempat atau gedung pertunjukan. dalam pengertian lebih luas kata
teater diartikan sebagai segala hal yang dipertunjukkan di depan orang banyak.
teater selalu dikaitkan dengan kata drama yang berasal dari kata Yunani
“draomai” yang berarti bertindak atau berbuat,
Dengan demikian, teater berkaitan
erat dengan drama, dengan keterkaitan
tersebutbuktinya teater identik dengan mempertunjukkan
drama yang selalu di sandingkan dengan teks atau naskah lakon. Sebagai bukti, pada zaman abad
pertengahan orang mempertunjukkan drama yang pada zamannya di kenal dengan
teater renaisence, teater elizabeth,
dan lain – lainnya. Mereka bermain teater dengan mengangkat naskah lakon atau
pun karya sastra lainnya.
Dialog
atau naskah lakon yang di gunakan pada pertunjukan teater memang sudah menjadi
kebiasaan bagi masyarakat yang menonton, pertunjukan teater ini memang lebih
mementingkan cara pengucapan dialog di
atas panggung seperti tekanan kalimat, diksi atau vokal aktor di atas panggung. Hal ini sudah lumrah di
terima di mata masyarakat. Namun demikian pertunjukan teater tergantung dari
hempasis sutradara.
Teater
lebih mengacu pada melakukan suatu aktivitas di atas panggung, yang lazimnya dinamakan
dengan acting. teater yang mulanya
identik dengan pertunjukan drama namun seiring berkembangnya zaman akhirnya memunculkan istilah gaya teater kontemporer. Teater kontemporer bisa
di artikan sebagai teater yang telah mendapatkan pengaruh dari zaman modren.
Dalam teater kontemporer acting
yang menggunakan dialog di
atas panggung, tidak menjadi suatu unsur yang wajib atau menjadi keharusan pada setiap pementasannya, tetapi pementasan teater
kontemporer lebih fokus pada penyampaian pesan pada penonton melalui bahasa tubuh, dalam pementasan ini aktor di
tuntut untuk bisa beracting dengan melakukan eksporasi tubuh di atas panggung sehingga mereka bisa menyampaikan
sebuah rangkaian cerita atau pun berdialog sesama aktor dengan menggunakan bahasa
tubuh di atas panggung.
Merujuk hal di atas, maka
pembahasan
sebuah teater tanpa kata, yang pada dasarnya dialog yang identik dalam sebuah pertunjukan teater tidak lagi menjadi suatu yang harus ada atau
wajib, sebab tanpa dialogpun aktor masih bisa bermain di atas panggung dengan menyampaikan
pesan pertunjukan pada penonton melalui gerakan atau bahasa tubuh.
PEMBAHASAN
Bentuk dan
Gaya Akting Tubuh Dalam Zona x
Permainan
Teater Tanpa Menggunakan Dialog
Pementasan
teater pada umumnya mempertunjukkan drama yang selalu di sandingkan dengan
naskah lakon. Transisi
dari kreatifitas untuk mempertunjukkan
sebuah pementasan teater dengan dialog pada pementasan teater tanpa dialog berlangsung
seiring perkembangan zaman.
Untuk mempertunjukkan
teater tanapa dialog atau teater kontemporer, aktor harus memiliki tubuh yang
berkarakter.
artinya dalam teater
kontemporer ada beberapa kesulitan yang di miliki saat kita melakukan
pertunjukan, kesulitannya yaitu aktor lebih tertantang untuk mengkomunikasikan
pesan pertunjukan kepada penonton, karena di sini aktor bermain tidak tidak
menggunakan bahasa verbal melainkan bahasa non verbal.Sama halnya di sampaikan
oleh F.X. Widaryono dalam bukunya Koreografi.
“kekuatan
yang terungkap bukan saja merupakan kekuatan fisik semata – mata , namun lebih
jauh lagi mampu menggelarkan kekuatandalam ruang piktorial yang tercipta atas
subjek virtualnya. Kekuatan gerak ini tidaklah bersifat verbal, serta tidak
memiliki pretensi apapun untuk menjelaskan sesuatu. Namun secara metaforis di
harapkan mempu memberikan nilai atas berbagai fenomena kehidupan insani , yang
memang tidak akan di lukiskan dalam ungkapan yang bersifat ujaran’’.[1]
Perbedaan teater yang
mempertunjukkan adegan
dengan menggunakan bahasa verbal, dimana
aktor
dapat menyampaikan pesan yang bisa di tangkap langsung oleh penonton. Hal tersebut di haruskan
bahasa verbal biasa di gunakan dalam realita kehidupan. Sedangkan bahasa non verbal atau
bahasa tubuh digunakan dalam kreatifitas
yang di aplikasikan ke atas panggung dengan pencarian –
pencarian yang lebih luas.
Beberapa usaha yang di lakukan oleh aktor
saat mempertunjukkan sebuah pementasan tanpa menggunakan dialog adalah keniscayaan aktor untuk dapat menyampaikan pesan pada
penonton dengan bahasa tubuh, saat aktor melakukan di atas panggung, setiap pola gerak yang
tersusun akan membentuk sebuah rangkaian peristiwa, aktor lebih kreatif melakukan pencarian
– pencarian gerak yang didasarkan pada imajinasi aktor tentang sebuah peristiwa
yang di aplikasikan pada bentuk gerakan, seperti yang di katakan oleh Almam
Hakim dalam bukunya bergerak menurut kata
hati.
“ apa yang menakjubkan tentang proses
kreatifitas adalah kemampuan kita untuk berkomunikasi dengan sumber – sumber
yang ada dalam diri pencipta, suara bati yang mengendalikan serta menuntun
terjadinya suatu bentu yang di ungkapkan keluar. Selama fase kreatif
berlangsung, ketika inspirasi menjadi pengendali, sebuah proses pebentukan
sendiri merubah segala pengalaman dan angan – angan di dalam batin ke dalam
sebuah wujud metafora” [2]
Berpijak dari pemikiran di atas, maka untuk seorang
aktor yang bergerak di atas panggung
harus melakukan proses pembentukan dimana aktor harus mewujudkan situasi yang santai atau rileks dan penuh konsentrasi,
hingga mampu menciptakan sebuah wujud gerak yang dapat dilihat dan ditangkap
oleh penonton.
Membentuk sebuah pola gerakan di atas
panggung akan menciptakan sebuah rangkaian peristiwa, aktor harus mengetahui
gerakan atau bahasa tubuh yang bisa meakili bahasa verbal, untuk itu di
butuhkan sebuah pengamatan dengan cara observasi, hal ini di lakukan untuk
meningkatkan kesadaran aktor akan lingkungan yang mereka aplikasikan dapat
tercipta sepenuhnya.
Perwujudan Teater Tubuh
Lingkungan Institut Seni Indonesia
Padangpanjang terutama di jurusan teater, ada beberapa pementasan teater yang
di antarannya terdapat pementasan teater
tanpa menggunakan dialog, karya – karya seperti ini, ada di bawakan oleh para
dosen ataupun mahasiswa, untuk karya dosen besar kemungkinan karya ini di
ciptakan dalam ajang berkreativitas, untuk mahasiswa karya – karya teater kontmporer
ini di pertunjukkan untuk kepentingan mata kuliah, namun ada juga yang karya
ini pertunjukkan sebagai ajang berkreatifitas.
Mata
kuliah yang berhubungan dengan teater kontemporer ini,capaian akhir pada mata
kuliah ini adalah pertunjukan karya mahasiswa atas bimbingan para dosen,
mahasiswa memang di tuntut untuk bisa melakukan eksporasi tubuh yang terkait
dengan tema yang di angkat, mahasiswa di jurusan teater ISI Padangpanjang
menjalani teater semacam ini pada mata kuliah olah tubuh dan olah rasa pada
semester 1 dan semester 2, dalam mata kuliah ini mahasiswa di tuntut tidak
hanya sekedar mampu tapi bisa untuk melakukan sebuah eksporasi tubuh dengan
beberapa teknik yang di ajari dari para dosen. Sebagai contoh ada sebuah
pementasan teater tubuh karya dosen jurusa teater ISI padang panjang yang di
pentaskan di auditorium ISI padangpanjang, karya ini mempersembahkan teater
yang menggunakan tubuh sebagai media untuk menyaimpaikan pesan pada penonton.
Untuk lebih mengetahui tentang karya ini, penulis melakukan observasi dengan
metode wawancara langsung kepada sutradara Afrizal Harun dengan judul karya
Zona- x ( nyanyian negri sunyi ).
Pementasan
Zona-x ( Nyanyian Negri Sunyi ) merupakan pementasan teater yang
mendominasi pada tubuh, sutradara menghadirkan bentuk – bentuk gerak tubuh yang berangkat dari besik tradisional
lokal yaitu uluambek yang merupakan pertunjukan Minangkabau yang berkembang di
beberapa daerah di Sumatera Barat
khususnya Pariaman. Sutradara juga menghadirkan jenis kesenian lain yang
berangkat dari negara braziil yaitu kapoera, sutradara memperpadukan kesenian
minangkabau uluambek dengan kesenian brazill kapoera, dari pandangan sutradara
tentang dua kesenian ini ada kesamaan, di pahami tentang gerakan kedua jenis
kesenian ini antara pemain tidak saling bersentuhan.
Memang dalam pertunjukan ini tidak ada
menggunakan dialog, namun sutradara menghadirkan kalimat yang berbentuk narasi
yang di sampaikan oleh aktor untuk menegaskan gerak – gerak yang mengandung
pesan. Dalam proses latihan hka aktor untuk bisa mmenguasan jenis kesenian
tradisional minangkabau uluambek dan kesenian brazil kapoera.
Zona X ini menceritakan nampak dari sebuah
perang bagi kehidupan manusia dan alam, semua peradaban umat manusia dalam
konteks menguasai sesuatu itu dengan cara berperang, sehingga menimbulkan
asumsi bahwa perang itu tujuannya memang untuk menguasai.
Karya Zona X pernah di pentaskan di
auditorium Isi Padangpanjang dalam rangka memeriahkan PAT 3 ( Pekan Apresiasi
Teater ), dan juga pernah di pentaskan di
Taman Budaya Padang.
Berangkat dari wawancara yang di lakukan
oleh penulis tentang karya teater tubuh ini, Upaya untuk mencapai suatu
pementasan, memang membutuhkan proses latihan, dan untuk hasil pementasan yang
baik dan tidak baiknya tergantung pada proses latihan yang di jalani, untuk itu
mahasiswa jurusan teater ISI Padanggpanjang sebelum melakukan pementasan seperti
yang di harapkan memang harus melakukan proses latihan dengan metode – metode
yang telah di ajarkan.
Maka dalam proses latihan ini mahasiswa
mampu untuk memiliki kebebasan untuk mengamati dan mencari hingga sampai pada
penghayatan yang dalam, prose tersebut terus bekerja dari fikiran yang penuh
penghayatan sehingga hal tersebut mendorong mahasiswa untuk membentuk gerakan
hingga lahirnya bentuk – bentuk gerakan yang terstruktur dan memiliki karakter
, kemampuan ini bisa saja di capai jika mahasiswa melakukan proses ini dengan
releksasi dan penuh konsentrasi, sehingga penghayatan yang dalam itu mampu
untuk mentransformasikan apa saja yang sedang di fikirkan dalam bentuk pola gerakan yang menarik dan estetis. Almam
Hakim mengungkapkan dalam bukunya Bergerak
Menurut Kata Hati.
“ gerak – gerak
fragmen akan tumbuh menjadi pola – pola gerak dengan durasi yang lebih panjang
dan akhirnya menjadi bentuk – bentuk yang rumit. Jika koreografi tumbuh dari
penghayatan seperti ini, ia akan mengandung suatu ungkapan yang otetik dari
koreografernya dan memiliki kekuatan untuk menggugah reaksi estetis penonton”[3]
Merujuk hal di atas, maka terbentuknya
pola gerakan yang di dasarkan pada penghayatan, mahasiswa lebih mampu
untukmengembangkan pola gerak tersebut hingga pengembangan gerak ini mampu
menciptakan reaksi – reaksi gerak lainnya, Sehingga tubuh begitu mendominasi
dalam upaya pencapaian yang estetis dalam pertunjukan teater.
keberadaan teater pada era kekinian, sudah dapat di
katakan bahwa dialog tidak lagi menjadi kunci utama dalam teater, namun ada hal
lain yang memang harus ada pada setiap pementasan teater, yang lebih menegaskan
tentang tubuh aktor sebagai pusat dalam peristiwa teater di atas panggung. Tubuh aktor yang bermain di atas panggung
bukanlah sebuah mesin penyampaian kata-kata, namun tidak menjadi bentuk tubuh yang mewakili gejolak yang
melanda diri manusia di kehidupan yang modern.
Kenyataan
tentang fenomena tubuh dalam pertunjukan teater, memang sudah tidak asing lagi. Dalam pertunjukan teater
yang menggunakan naskah lakon,
teks yang tertulis dalam naskah lakon itu di jadikan sebagai teks yang di
nyatakan di atas pentas.
Teater yang di
pertunjukkan dengan dialog, menggunakan bloking – bloking, kostum yang di
sesuaikan, dan cahaya lampu yang bergantian mengikuti suasana pertunjukan,
tetapi lebih dari itu adalah
menemukan teks di dalam tubuh dengan cara yang berbeda , ada tubuh yang
berdialog di atas panggung.
Adapun
pendapat lain tentang teater tubuh adalah tulisan F.X. Widaryanto
dalam bukunyakoreografi.
“
tubuh tak lagi berbicara dalam konsep kekuatan ruang semata, namun juga menetapkan
ketersamaan imaji ruang, keganjilan gerak, pergaulan yang beruntun untuk
menetapkan “wujud” imaji yang terus berubah seperti saat kita melihat sebuah
fenomena Necker cube, yaitu perspektif sebuah kubus yang bisa di lihat dari
atas namun sekaligus juga bisa dilihat dari bawah”[4]
Menurut hal di atas,
saat tubuh bergerak di atas panggung, maka seorang
aktor di tuntut cerdas untuk lebih kreatif dalam melakukan eksporasi
yang lebih meluas. Aktor harus
mampu memanfaatkan ruang – ruang gerak yang
memungkinkan untuk mencari dinamika gerak yang bervariasi. Aktor juga harus mampu mencari
dinamika gerakan tergantung pada kemampuan masing – masing aktor, jika
seorang aktor yang memiliki kualitas
gerak yang lembut cendrung pergerakannya lebih pelahan, namun pada aktor yang
memiliki tenaga lebih banyak cendrung bergerak dengan pola gerak yang lebih
energik dan sulit mengikuti tempo gerakan aktor lain yang bergerak secara lembut.
Kreatifitas
yang di bentuk oleh setiap aktor akan melalui beberapa tahap bentuk
pengembangan. Ada
beberapa strategi yang bisa di lakukan dalam menginguti proses pengembangan
bentuk yaitu dengan beberapa
pendekatan, seperti
yang disampaikan oleh Almam Hakim dalam bukunya Bergerak Menurut Kata Hati.
“
pendekatan ini di dasarkan atas keyakinan bahwa setiap individu memiliki sumber
– sumber batin dan suatu kesadaran akan bentuk yang terpendam hanya menunggu
saat untuk bisa di keluarkan dan di bangkitkan”.[5]
Secara umum, setiap orang
memiliki potensi yang
mampu untuk melebur dalam
dunia seni.Sistem pembelajaran teater tubuh calon
aktor menekankan maha siswa untuk menguasai beberapa teori
maupun teknik yang berakar dari olah tubuh. Pencarian – pencarian bahasa tubuh
yang bisa mewakili bahasa lainnyamembuat
aktor sulit bergerak dengan tidak hanya
mengedepankan estetika atau pada keindahan, tapi lebih lebih dari itu makna dan nilai
yang terkandung dalam bentuk – bentuk gerak tersebut.
Pertunjukan teater tubuh yang pernah di garap tokoh - tokoh teater
khususnya di teater ISI Padangpanjang, karya – karya teater tubuh yang di
produksi oleh jurusan seni teater memiliki pesan – pesan moral di
setiap pertunjukannya.
Tidak
hanya itu, karya ini tidak hanya mengambil aktor dari jurusan teater sendiri,
hal tersebut tergantung pada pemilihan dari sutradara, besar kemungkinan bahwa
sutradara cendrung lebih memilih aktor yang memiliki potensi gerak tubuh yang
kokoh, ternyata tidak hanya teater yang mempelajari gerak – gerak imajiner yang
di ciptakan oleh tubuh, jauh dari itu, bentuk kesenian lain yaitu tari adalah
bentuk kesenian yang lebih mengedepankan gerak tubuh.
Kesenian
tari memang tubuhlah menjadi pondasi untuk mentransformasikan imaji atau
fikiran lewat gerak, dalam teater
tubuh namun di sini lebih mengedepankan bentuk – bentuk
yang estetis, Jurusan
ISI padang Panjang khususnya di mata kuliah olah tubuh juga di ajarkan bentuk –
bentuk astetis dalam pergerakan, walaupun sama – sama berakar dari bentuk tubuh
atau gerak, kedua jenis pertunjukan ini , kesenian tari dan teater tubuh
memiliki perbedaan.
Perbedaan
di antara ke dua bentuk kesenian, teater tubuh lebih mengedepankan karakter
tubuh yang di bentuk memiliki pesan dan makna, namun pada kesenian tari tubuh
bergerak lebih mengedepankan estetika dengan beberapa teknik yang di ajari.
Teater
tubuh juga memiliki beberapa teknik untuk bisa membentuk gerak – gerak yang
memiliki karakter. Pengamatan adalah
sebah metode penting untuk proses pencarian bentuk. Untuk bukti lebih jelasnnya
jika seorang aktor ingin menirukan seekor burung terbang, ia harus tau
bagaimana cara burung itu terbang dengam mmelihat, mengamati hingga aktor mampu
untuk mentransformasikannya dalam bentuk gerak tubuh sehingga saat mempertunjukkannya,
penonton tahu bahwa bentuk tubuh yang di pertunjukkan itu adalah seekor burung.
Pengamatan
yang semakin meningkat akan membantu
aktor untuk menyerap hingga mampu untuk memperkaya ruang imajiner yang di
fikirkan dan menuangkan dalam bentuk bentuk gerak tubuh yang berkarakter.
KESIMPULAN
Pertunjukan
teater tubuh bisa saja di bawakan oleh setiap orang yang ingin menampilkan, tapi harus melalui prosedur –
prosedur yang di lalui dalam tahap pencapaian pertunjukan teater tubuh ini,
aktor harus mampu untuk menguasai teknik – teknik dalam teater tubuh, bedanya
dengan teater yang di sandingkan dengan naskah lakon yang lebih mengedepankan
vokal aktor, bloking, setting dan lainnya.
Jadi,
dari waktu ke waktu kita dapat melihat perkembangan teater pada masa kini,
tanpa meninggalkan budaya ‘teater
lama’ yang telah
menghidupkan teater ke masa sekarang.
Menurut kesimpulan tersebut, jurusan
Teater ISI Padang Panjang sudah
seharusnya aktif dalam mengembangkan teater – teater yang
berorientasi pada masa kini tanpa meninggalkan teater yang merujuk pada konvensi lama, Jurusan Teater juga harus lebih kreatif dalam menciptakan karya –
karya teater berdasarkan tuntutan
serta tantangan zaman yang makin maju seperti saat ini. Hal tersebut akan mendorong lahirnya seniman –
seniman yang kreatif juga.
Daftar
pustaka
Hawkins,
Almam. Bergerak Menurut Kata Hati ( Denpasar : Ford Foundation, 2003 )
Widaryanto,
F.X. Koreografer (Bandung : Jurusan Tari STSI Bandung,2009 )
Daftar
Informan
Nama : Afrizal Harun,S.Sn,M.Sn
Tempat
/ tgl lahir : Painan, Tanjung
Medan / 4 april 1979
Kota
Sekarang : Kota Padang Panjang
Pekerjaan
: Dosen Teater ISI
Padangpanjang
[1]F.X.
Widaryanto, Koreografer, (Bandung :
Jurusan Tari STSI Bandung, 2009), 19.
[2]almam.hamka, bergerak menurut kata hati, (jakarta : ford foundation,
2003), 78.
[3]Almam.Hamka, Bergerak Menurut Kata Hati, (jakarta : Ford Foundation,
2003), 48.
[4]F.X. Widaryanto, Koreografer, (Bandung : Jurusan Tari STSI Bandung,
2009), 15.
[5] Almam.Hamka, Bergerak Menurut Kata Hati, (jakarta : Ford Foundation,
2003),
Tidak ada komentar:
Posting Komentar