Rabu, 30 Oktober 2013

FENOMENA AKTING TUBUH ( NON VERBAL) DALAM PERTUNJUKAN TETAER



FENOMENA AKTING TUBUH ( NON VERBAL) DALAM PERTUNJUKAN TETAER

Wino Sari
Abstrak : Pertunjukan teater tubuh jurusan teater ISI Padangpanjang, penulis mengangkat judul ini dari proses penelitian yang dilakukan, tentu saja proses penelitian itu berpijak dari topik yang ingin di angkat oleh penulis, proses penelitian ini penulis menggunakan metode tinjauan pustaka dengan menggunakan beberapa buku yang berhubungan dengan topik yang di angkan di jadikan sebagai referensi, penulis juga menggunakan metode wawancara, dengan langsung mewawancarai seseorang yang pernah terlibat dalam pertunjukan teater tubuh di Jurusan Teater ISI Padangpanjang.
Kata kunci : teater tubuh, Teater ISI Padangpanjang

PENDAHULUAN
Teater berasal dari kata Yunani, “theatron” yang artinya tempat atau gedung  pertunjukan. dalam pengertian lebih luas kata teater diartikan sebagai segala hal yang dipertunjukkan di depan orang banyak. teater selalu dikaitkan dengan kata drama yang berasal dari kata Yunani “draomai” yang berarti bertindak atau berbuat,
Dengan demikian, teater berkaitan erat dengan drama, dengan keterkaitan tersebutbuktinya teater identik dengan mempertunjukkan drama yang selalu di sandingkan dengan teks atau naskah lakon. Sebagai bukti, pada zaman abad pertengahan orang mempertunjukkan drama yang pada zamannya di kenal dengan teater renaisence, teater elizabeth, dan lain – lainnya. Mereka bermain teater dengan mengangkat naskah lakon atau pun karya sastra lainnya.
Dialog atau naskah lakon yang di gunakan pada pertunjukan teater memang sudah menjadi kebiasaan bagi masyarakat yang menonton, pertunjukan teater ini memang lebih mementingkan cara pengucapan dialog  di atas panggung seperti tekanan kalimat, diksi atau vokal aktor  di atas panggung. Hal ini sudah lumrah di terima di mata masyarakat. Namun demikian pertunjukan teater tergantung dari hempasis sutradara.
Teater lebih mengacu pada melakukan suatu aktivitas di atas panggung, yang lazimnya dinamakan dengan acting. teater yang mulanya identik dengan pertunjukan drama namun seiring berkembangnya zaman akhirnya memunculkan istilah gaya teater kontemporer. Teater kontemporer bisa di artikan sebagai teater yang telah mendapatkan pengaruh dari zaman modren.
Dalam teater kontemporer acting yang menggunakan dialog di atas panggung, tidak menjadi suatu unsur yang wajib atau menjadi keharusan pada setiap pementasannya, tetapi pementasan teater kontemporer lebih fokus pada penyampaian pesan pada penonton melalui  bahasa tubuh, dalam pementasan ini aktor di tuntut untuk bisa beracting dengan melakukan eksporasi  tubuh di atas panggung sehingga mereka bisa menyampaikan sebuah rangkaian cerita atau pun berdialog sesama aktor dengan menggunakan bahasa tubuh di atas panggung.
 Merujuk hal di atas, maka pembahasan sebuah teater tanpa kata, yang pada dasarnya dialog yang  identik dalam sebuah pertunjukan teater  tidak lagi menjadi suatu yang harus ada atau wajib, sebab tanpa dialogpun aktor masih bisa bermain di atas panggung dengan menyampaikan pesan pertunjukan pada penonton melalui gerakan atau bahasa tubuh.



PEMBAHASAN
Bentuk dan Gaya Akting Tubuh Dalam Zona x
Permainan Teater Tanpa Menggunakan Dialog
Pementasan teater pada umumnya mempertunjukkan drama yang selalu di sandingkan dengan naskah lakon. Transisi dari kreatifitas untuk mempertunjukkan sebuah pementasan teater dengan dialog pada pementasan teater tanpa dialog berlangsung seiring perkembangan zaman. Untuk mempertunjukkan teater tanapa dialog atau teater kontemporer, aktor harus memiliki tubuh yang berkarakter. artinya dalam teater kontemporer ada beberapa kesulitan yang di miliki saat kita melakukan pertunjukan, kesulitannya yaitu aktor lebih tertantang untuk mengkomunikasikan pesan pertunjukan kepada penonton, karena di sini aktor bermain tidak tidak menggunakan bahasa verbal melainkan bahasa non verbal.Sama halnya di sampaikan oleh F.X. Widaryono dalam bukunya Koreografi.
“kekuatan yang terungkap bukan saja merupakan kekuatan fisik semata – mata , namun lebih jauh lagi mampu menggelarkan kekuatandalam ruang piktorial yang tercipta atas subjek virtualnya. Kekuatan gerak ini tidaklah bersifat verbal, serta tidak memiliki pretensi apapun untuk menjelaskan sesuatu. Namun secara metaforis di harapkan mempu memberikan nilai atas berbagai fenomena kehidupan insani , yang memang tidak akan di lukiskan dalam ungkapan yang bersifat ujaran’’.[1]
Perbedaan teater yang mempertunjukkan adegan dengan menggunakan bahasa verbal, dimana aktor dapat menyampaikan pesan yang bisa di tangkap langsung oleh penonton. Hal tersebut di haruskan bahasa verbal biasa di gunakan dalam realita kehidupan. Sedangkan bahasa non verbal atau bahasa tubuh digunakan dalam kreatifitas yang di aplikasikan ke atas panggung dengan pencarian – pencarian yang lebih luas.
Beberapa usaha yang di lakukan oleh aktor saat mempertunjukkan sebuah pementasan tanpa menggunakan dialog adalah keniscayaan aktor untuk dapat menyampaikan pesan pada penonton dengan bahasa tubuh, saat aktor melakukan  di atas panggung, setiap pola gerak yang tersusun akan membentuk sebuah  rangkaian  peristiwa, aktor lebih kreatif melakukan pencarian – pencarian gerak yang didasarkan pada imajinasi aktor tentang sebuah peristiwa yang di aplikasikan pada bentuk gerakan, seperti yang di katakan oleh Almam Hakim dalam bukunya bergerak menurut kata hati.
“ apa yang menakjubkan tentang proses kreatifitas adalah kemampuan kita untuk berkomunikasi dengan sumber – sumber yang ada dalam diri pencipta, suara bati yang mengendalikan serta menuntun terjadinya suatu bentu yang di ungkapkan keluar. Selama fase kreatif berlangsung, ketika inspirasi menjadi pengendali, sebuah proses pebentukan sendiri merubah segala pengalaman dan angan – angan di dalam batin ke dalam sebuah wujud metafora” [2]
Berpijak dari pemikiran di atas, maka untuk seorang aktor  yang bergerak di atas panggung harus melakukan proses pembentukan dimana aktor harus mewujudkan situasi yang santai atau rileks dan penuh konsentrasi, hingga mampu menciptakan sebuah wujud gerak yang dapat dilihat dan ditangkap oleh penonton.
Membentuk sebuah pola gerakan di atas panggung akan menciptakan sebuah rangkaian peristiwa, aktor harus mengetahui gerakan atau bahasa tubuh yang bisa meakili bahasa verbal, untuk itu di butuhkan sebuah pengamatan dengan cara observasi, hal ini di lakukan untuk meningkatkan kesadaran aktor akan lingkungan yang mereka aplikasikan dapat tercipta sepenuhnya.








Perwujudan Teater Tubuh
Lingkungan Institut Seni Indonesia Padangpanjang terutama di jurusan teater, ada beberapa pementasan teater yang di antarannya  terdapat pementasan teater tanpa menggunakan dialog, karya – karya seperti ini, ada di bawakan oleh para dosen ataupun mahasiswa, untuk karya dosen besar kemungkinan karya ini di ciptakan dalam ajang berkreativitas, untuk mahasiswa karya – karya teater kontmporer ini di pertunjukkan untuk kepentingan mata kuliah, namun ada juga yang karya ini pertunjukkan sebagai ajang berkreatifitas.
 Mata kuliah yang berhubungan dengan teater kontemporer ini,capaian akhir pada mata kuliah ini adalah pertunjukan karya mahasiswa atas bimbingan para dosen, mahasiswa memang di tuntut untuk bisa melakukan eksporasi tubuh yang terkait dengan tema yang di angkat, mahasiswa di jurusan teater ISI Padangpanjang menjalani teater semacam ini pada mata kuliah olah tubuh dan olah rasa pada semester 1 dan semester 2, dalam mata kuliah ini mahasiswa di tuntut tidak hanya sekedar mampu tapi bisa untuk melakukan sebuah eksporasi tubuh dengan beberapa teknik yang di ajari dari para dosen. Sebagai contoh ada sebuah pementasan teater tubuh karya dosen jurusa teater ISI padang panjang yang di pentaskan di auditorium ISI padangpanjang, karya ini mempersembahkan teater yang menggunakan tubuh sebagai media untuk menyaimpaikan pesan pada penonton. Untuk lebih mengetahui tentang karya ini, penulis melakukan observasi dengan metode wawancara langsung kepada sutradara Afrizal Harun dengan judul karya Zona- x ( nyanyian negri sunyi ).
Pementasan  Zona-x ( Nyanyian Negri Sunyi ) merupakan pementasan teater yang mendominasi pada tubuh, sutradara menghadirkan bentuk – bentuk gerak  tubuh yang berangkat dari besik tradisional lokal yaitu uluambek yang merupakan pertunjukan Minangkabau yang berkembang di beberapa daerah di  Sumatera Barat khususnya Pariaman. Sutradara juga menghadirkan jenis kesenian lain yang berangkat dari negara braziil yaitu kapoera, sutradara memperpadukan kesenian minangkabau uluambek dengan kesenian brazill kapoera, dari pandangan sutradara tentang dua kesenian ini ada kesamaan, di pahami tentang gerakan kedua jenis kesenian ini antara pemain tidak saling bersentuhan.
Memang dalam pertunjukan ini tidak ada menggunakan dialog, namun sutradara menghadirkan kalimat yang berbentuk narasi yang di sampaikan oleh aktor untuk menegaskan gerak – gerak yang mengandung pesan. Dalam proses latihan hka aktor untuk bisa mmenguasan jenis kesenian tradisional minangkabau uluambek dan kesenian brazil kapoera.
Zona X ini menceritakan nampak dari sebuah perang bagi kehidupan manusia dan alam, semua peradaban umat manusia dalam konteks menguasai sesuatu itu dengan cara berperang, sehingga menimbulkan asumsi bahwa perang itu tujuannya memang untuk menguasai.
Karya Zona X pernah di pentaskan di auditorium Isi Padangpanjang dalam rangka memeriahkan PAT 3 ( Pekan Apresiasi Teater ), dan juga pernah di pentaskan di  Taman Budaya Padang.
Berangkat dari wawancara yang di lakukan oleh penulis tentang karya teater tubuh ini, Upaya untuk mencapai suatu pementasan, memang membutuhkan proses latihan, dan untuk hasil pementasan yang baik dan tidak baiknya tergantung pada proses latihan yang di jalani, untuk itu mahasiswa jurusan teater ISI Padanggpanjang sebelum melakukan pementasan seperti yang di harapkan memang harus melakukan proses latihan dengan metode – metode yang telah di ajarkan.
Maka dalam proses latihan ini mahasiswa mampu untuk memiliki kebebasan untuk mengamati dan mencari hingga sampai pada penghayatan yang dalam, prose tersebut terus bekerja dari fikiran yang penuh penghayatan sehingga hal tersebut mendorong mahasiswa untuk membentuk gerakan hingga lahirnya bentuk – bentuk gerakan yang terstruktur dan memiliki karakter , kemampuan ini bisa saja di capai jika mahasiswa melakukan proses ini dengan releksasi dan penuh konsentrasi, sehingga penghayatan yang dalam itu mampu untuk mentransformasikan apa saja yang sedang di fikirkan dalam bentuk  pola gerakan yang menarik dan estetis. Almam Hakim mengungkapkan dalam bukunya Bergerak Menurut Kata Hati.
“ gerak – gerak fragmen akan tumbuh menjadi pola – pola gerak dengan durasi yang lebih panjang dan akhirnya menjadi bentuk – bentuk yang rumit. Jika koreografi tumbuh dari penghayatan seperti ini, ia akan mengandung suatu ungkapan yang otetik dari koreografernya dan memiliki kekuatan untuk menggugah reaksi estetis penonton”[3]
Merujuk hal di atas, maka terbentuknya pola gerakan yang di dasarkan pada penghayatan, mahasiswa lebih mampu untukmengembangkan pola gerak tersebut hingga pengembangan gerak ini mampu menciptakan reaksi – reaksi gerak lainnya, Sehingga tubuh begitu mendominasi dalam upaya pencapaian yang estetis dalam pertunjukan teater.
keberadaan teater pada era kekinian, sudah dapat di katakan bahwa dialog tidak lagi menjadi kunci utama dalam teater, namun ada hal lain yang memang harus ada pada setiap pementasan teater, yang lebih menegaskan tentang tubuh aktor sebagai pusat dalam peristiwa teater di atas panggung. Tubuh aktor yang bermain di atas panggung bukanlah sebuah mesin penyampaian kata-kata, namun tidak menjadi bentuk tubuh yang mewakili gejolak yang melanda diri manusia di kehidupan yang modern.
Kenyataan tentang fenomena tubuh dalam pertunjukan teater, memang sudah tidak asing lagi. Dalam pertunjukan teater yang menggunakan naskah lakon, teks yang tertulis dalam naskah lakon itu di jadikan sebagai teks yang di nyatakan di atas pentas. Teater yang di pertunjukkan dengan dialog, menggunakan bloking – bloking, kostum yang di sesuaikan, dan cahaya lampu yang bergantian mengikuti suasana pertunjukan, tetapi lebih dari itu adalah menemukan teks di dalam tubuh dengan cara yang berbeda , ada tubuh yang berdialog di atas panggung.

Adapun pendapat lain tentang teater tubuh adalah tulisan F.X. Widaryanto dalam bukunyakoreografi.
“ tubuh tak lagi berbicara dalam konsep kekuatan ruang semata, namun juga menetapkan ketersamaan imaji ruang, keganjilan gerak, pergaulan yang beruntun untuk menetapkan “wujud” imaji yang terus berubah seperti saat kita melihat sebuah fenomena Necker cube, yaitu perspektif sebuah kubus yang bisa di lihat dari atas namun sekaligus juga bisa dilihat dari bawah”[4]
Menurut hal di atas, saat tubuh bergerak di atas panggung, maka seorang aktor di tuntut cerdas untuk lebih kreatif dalam melakukan eksporasi yang lebih meluas. Aktor harus mampu memanfaatkan ruang – ruang gerak yang memungkinkan untuk mencari dinamika gerak yang bervariasi. Aktor juga harus mampu mencari dinamika gerakan tergantung pada kemampuan masing – masing aktor, jika seorang  aktor yang memiliki kualitas gerak yang lembut cendrung pergerakannya lebih pelahan, namun pada aktor yang memiliki tenaga lebih banyak cendrung bergerak dengan pola gerak yang lebih energik dan sulit mengikuti tempo gerakan aktor lain yang bergerak secara lembut.
Kreatifitas yang di bentuk oleh setiap aktor akan melalui beberapa tahap bentuk pengembangan. Ada beberapa strategi yang bisa di lakukan dalam menginguti proses pengembangan bentuk yaitu dengan beberapa pendekatan, seperti yang disampaikan oleh Almam Hakim dalam bukunya Bergerak Menurut Kata Hati.
“ pendekatan ini di dasarkan atas keyakinan bahwa setiap individu memiliki sumber – sumber batin dan suatu kesadaran akan bentuk yang terpendam hanya menunggu saat untuk bisa di keluarkan dan di bangkitkan”.[5]
Secara umum, setiap orang memiliki potensi yang mampu untuk melebur dalam dunia seni.Sistem pembelajaran teater tubuh calon aktor menekankan maha siswa untuk menguasai beberapa teori maupun teknik yang berakar dari olah tubuh. Pencarian – pencarian bahasa tubuh yang bisa mewakili bahasa lainnyamembuat aktor sulit bergerak dengan tidak hanya mengedepankan estetika atau pada keindahan, tapi lebih lebih dari itu makna dan nilai yang terkandung dalam bentuk – bentuk gerak tersebut.
Pertunjukan teater tubuh yang pernah di garap tokoh - tokoh teater khususnya di teater ISI Padangpanjang, karya – karya teater tubuh  yang di produksi oleh jurusan seni teater memiliki pesan – pesan moral di setiap pertunjukannya.
Tidak hanya itu, karya ini tidak hanya mengambil aktor dari jurusan teater sendiri, hal tersebut tergantung pada pemilihan dari sutradara, besar kemungkinan bahwa sutradara cendrung lebih memilih aktor yang memiliki potensi gerak tubuh yang kokoh, ternyata tidak hanya teater yang mempelajari gerak – gerak imajiner yang di ciptakan oleh tubuh, jauh dari itu, bentuk kesenian lain yaitu tari adalah bentuk kesenian yang lebih mengedepankan gerak tubuh.
Kesenian tari memang tubuhlah menjadi pondasi untuk mentransformasikan imaji atau fikiran lewat gerak, dalam teater tubuh namun di sini lebih mengedepankan bentuk – bentuk yang estetis, Jurusan ISI padang Panjang khususnya di mata kuliah olah tubuh juga di ajarkan bentuk – bentuk astetis dalam pergerakan, walaupun sama – sama berakar dari bentuk tubuh atau gerak, kedua jenis pertunjukan ini , kesenian tari dan teater tubuh memiliki perbedaan.
Perbedaan di antara ke dua bentuk kesenian, teater tubuh lebih mengedepankan karakter tubuh yang di bentuk memiliki pesan dan makna, namun pada kesenian tari tubuh bergerak lebih mengedepankan estetika dengan beberapa teknik yang di ajari.
Teater tubuh juga memiliki beberapa teknik untuk bisa membentuk gerak – gerak yang memiliki  karakter. Pengamatan adalah sebah metode penting untuk proses pencarian bentuk. Untuk bukti lebih jelasnnya jika seorang aktor ingin menirukan seekor burung terbang, ia harus tau bagaimana cara burung itu terbang dengam mmelihat, mengamati hingga aktor mampu untuk mentransformasikannya dalam bentuk gerak tubuh sehingga saat mempertunjukkannya, penonton tahu bahwa bentuk tubuh yang di pertunjukkan itu adalah seekor burung.
Pengamatan yang  semakin meningkat akan membantu aktor untuk menyerap hingga mampu untuk memperkaya ruang imajiner yang di fikirkan dan menuangkan dalam bentuk bentuk gerak tubuh yang berkarakter.
KESIMPULAN
Pertunjukan teater tubuh bisa saja di bawakan oleh setiap orang yang ingin menampilkan, tapi harus melalui prosedur – prosedur yang di lalui dalam tahap pencapaian pertunjukan teater tubuh ini, aktor harus mampu untuk menguasai teknik – teknik dalam teater tubuh, bedanya dengan teater yang di sandingkan dengan naskah lakon yang lebih mengedepankan vokal aktor, bloking, setting dan lainnya.
Jadi, dari waktu ke waktu kita dapat melihat perkembangan teater pada masa kini, tanpa meninggalkan budaya teater lama yang telah menghidupkan teater ke masa sekarang.
Menurut kesimpulan tersebut, jurusan Teater ISI Padang Panjang sudah seharusnya aktif dalam mengembangkan teater – teater yang berorientasi pada masa kini tanpa meninggalkan teater yang merujuk pada konvensi lama, Jurusan Teater juga harus lebih kreatif dalam menciptakan karya – karya teater berdasarkan tuntutan serta tantangan zaman yang makin maju seperti saat ini. Hal tersebut akan mendorong lahirnya seniman – seniman yang kreatif juga.




Daftar pustaka
Hawkins, Almam. Bergerak Menurut Kata Hati ( Denpasar : Ford Foundation, 2003 )
Widaryanto, F.X. Koreografer (Bandung : Jurusan Tari STSI Bandung,2009 )

Daftar Informan
Nama                           : Afrizal Harun,S.Sn,M.Sn
Tempat / tgl lahir         : Painan, Tanjung Medan / 4 april 1979
Kota Sekarang                        : Kota Padang Panjang
Pekerjaan                     : Dosen Teater ISI Padangpanjang
                       





[1]F.X. Widaryanto, Koreografer, (Bandung : Jurusan Tari STSI Bandung, 2009), 19.

[2]almam.hamka, bergerak menurut kata hati, (jakarta : ford foundation, 2003), 78.
[3]Almam.Hamka, Bergerak Menurut Kata Hati, (jakarta : Ford Foundation, 2003), 48.
[4]F.X. Widaryanto, Koreografer, (Bandung : Jurusan Tari STSI Bandung, 2009), 15.
[5] Almam.Hamka, Bergerak Menurut Kata Hati, (jakarta : Ford Foundation, 2003),

Tidak ada komentar:

Posting Komentar