PERTUNJUKAN
TEATER “ BAHTERA “ DI TEATER ARENA ISI PADANGPANJANG
OLEH : WINO SARI
Kamis, 28 november tepat
mjam 20.00 WIB teater arena dikunjungi para penonton. Walaupun cuaca saat itu
sangat tidak mendukung namun arena tetap dipenuhi oleh para penonton. Kunjungan
para penonton ke teater arena ingin menikmati pementasan teater dengan naskah
lakkon BAHTERA yang di sutradarai oleh Dharminta Soeryana S.Sn,M.Sn salah satu
dosen jurusan teater. Naskah BAHTERA merupakan naskah yang di tulis langsung
oleh sutradara adaptasi dari naskah kereta kencana karya Eugene Lonesco Dalam
pementasan naskah BAHTERA ini memiliki latar budaya aceh. Hal ini Nampak dalam
bentuk garapan hingga unsur yang terkait di dalamnya. Sutradara Dharminta Soeryana S.Sn,M.Sn
dikenal sebagai dosen teater di jurusan teater ISI padangpanjang yang berasal
dari tanah, jadi tidak mengherankan jika sutradara terinspirsi untuk membuat
sebuah garapa yang berlatar budaya aceh karena dengan memiliki memori yang
kental tentang kebudayaan aceh sutradara dapat mengembangkan garapan dari
adaptasi sebuah naskah luar.
Pementasan BAHTERA dimulai dari pukul 20.30, meleset dari
perencanaa awa. Hal ini disebebkan karena beberapa alasan karena keterlambatan
tim pengamat untuk memasuki ruang teatet arena, karena pementasan ini diwadahi
oleh lonesco Yang memang ditujukan pada para
dosen. Di lihat dari kesiapan timprodusi pada jam yang yang telah direncanakan
seluruh tim yang terlibat telah siap seblumnya. Namun karena beberapa hal tersebut
maka seluruh tim terlibat harus menunggu.
Pementasan BAHTERA dimainkan dengan 2 orang tokoh yang berperan
sebagi sepasang suami istri yang telah hidup selama 200 tahun namun kedua
pasangan ini tidak memiliki keturunan.
Garapan yang berlatar budaya aceh sangat kental dalam garapan ini. Pada
awal adegan Nampak tokoh kakek yang sedang berdiri disebuah ayunan sambil
mengayunkan ayunan tersebut si kakek bernyanyi dengan menggunakan bahasa aceh.
Ternyata nyanyia tersebut merupakan sebauh dendang penghantar tidur anak bagi masyarakat aceh. Dodo aidi itulah
nama yang disebut oleh masyarakat aceh sebagai dendang penghantar tidur anak.
Adegan awal sutradara telah menonjolkan unsur budaya aceh di tambah dengan
isian music yang bernuansa aceh. Berlanjut pada adegan berikutnya sutradra juga
menghadirkan alat music rafai salah satu alat music yag berasal dari aceh yang
lebih menariknya sutradara membuat si aktor
untuk bersentuhan langsung dengan alat music tersebut. Hingga akhir
pertunjukan nuansa aceh tetap ada dan tidak luntur sedikitpun.
Menariknya, dalam penataan setting sutradara menhadirkan
baberapa puluhan boneka di atas panggung. Beberapa boneka ada yang di gantung
dan ada yang tebarkan di lantai panggung. Pertunjukan berjalan dengan lancar,
keseriusan aktor saan berperan di atas panggung membuat kenikmatan terhadap
pertunjukan ini makin terasa. Beberapa adegan atau lakuan konyol yang di
hadirkan oleh para tokoh beberapa kali
memancing ketawa penonton. Intesitas aktor bermain di ataspanggung Nampak dari
respon para penonton saat aktor menghadirkn adegan konyol para penonton spontas
tertawa. Bukti intensitas aktor dalam bermain di atas panggung , penonton
terhipnotis saat kedua tokoh menghadirkan suasan kesedihan hingga penontonpun
larut dalam kesedihan itu. Memang beberapa penonton ada yang mengeluarkan air
mata saat si tokoh mencoba mengajak penonton larut dalam kesedihan dengan
lakuan yang di lakukan si tokoh di atas panggung.
selesai pertunjukan dilanjutkan dengan forum diskusi, langsung
di hadiri oleh tim pengamat. Sesi diskusi dilakukan guna mengevaluasi
pementasan yang telah berlangsung.Sesi diskusi di buka langsung oleh moderator
yaitu kak rima salah satu mahasiswa angkatan 2011. Kak rima di percaya oleh
sutradara untuk memimpin diskusi.
Awal pembukaan diskusi moderator langsung membuka sesi pertama,
dengan memberikan kesempatan kepada siapa saja yang ingin bertanya ataupun
menanggapi perihal pertunjukan yang telah berlangsung. Begitu juga dengan sesi
kedua dan ketiga penonton berhak bertnya maupun menanggapi perihal pertunjukan
yang telah berlangsung.
Salah satu penonton yaitu Haffifudin yang menjadi salah satu
mahasiswa teater angkatan 2012 mengomentari perihal pertunjukan, Bg Hafif
merupakan mahasiswa yang berasal dari aceh tentu mengetahui banyak perihal
budayanya tersebut. Dalam tanggapannya Bg Hafif memeberikan komentar atas
pertunjukan Bahter berdasarkan wawasan yang ia ketahui. Beberapa tanggapan lain
juga datang dari para dosen sepeti pak riko yang menanggapi tentang property
boneka di atas panggung. Diskusi berlanjut hingga sutradara juga kembali
mennggapi komentar dari para penonton dan semua komentar ditanggapi baik oleh
sutradara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar